Bagikan:

JAKARTA - Dua puluh sembilan tentara tewas di Niger barat dalam serangan yang diduga dilakukan kelompok ekstremis, kata Kementerian Pertahanan pada Senin malam.

Serangan itu terjadi di dekat perbatasan dengan Mali, selama operasi militer yang bertujuan untuk "menetralisir ancaman" yang ditimbulkan oleh ISIS di wilayah tersebut.

Menurut pihak kementerian, serangan tersebut dilakukan dengan menggunakan "alat peledak rakitan dan kendaraan kamikaze oleh lebih dari seratus teroris," seperti melansir The National News 3 Oktober.

Selain itu, dua tentara terluka parah, sementara beberapa lusin teroris dilaporkan tewas. Pihak berwenang mengumumkan masa berkabung nasional selama tiga hari bagi para tentara tersebut.

"Komunikasi dari para teroris, yang terpaksa mundur, telah disadap," ungkap kementerian.

Dikatakan, para penyerang "mendapatkan keuntungan dari keahlian asing".

Diketahui, pemberontakan ekstremis telah melanda wilayah Sahel di Afrika selama lebih dari satu dekade, dengan pertama kali pecah di Mali utara pada tahun 2012 sebelum menyebar ke negara tetangga Niger dan Burkina Faso pada tahun 2015.

Adapun daerah "tiga perbatasan" antara Niger, Mali dan Burkina Faso sering menjadi tempat serangan militan yang berafiliasi dengan ISIS dan Al Qaeda.

Kekerasan itu telah memicu pengambilalihan kekuasaan oleh militer di ketiga negara tersebut, dengan Niger yang terakhir mengalami kudeta pada 26 Juli lalu, menyebabkan Mohamed Bazoum, presiden yang terpilih secara demokratis terguling dari jabatannya.

Sebelumnya, dua belas tentara Niger tewas pekan lalu ketika konvoi mereka diserang militan di dekat Kota Kand