JAKARTA - Sedikitnya 30 gerilyawan Islam radikal tewas dan puluhan kendaraan serta senjata dihancurkan, selama operasi gabungan antara Satuan Tugas (Satgas) Takuba yang dipimpin Prancis dan tentara Mali pekan lalu, kata Kementerian Angkatan Darat Prancis dalam sebuah pernyataan, Selasa.
Selama operasi utama pada 3 Februari, sekelompok pejuang dengan sepeda motor terlihat oleh sebuah pesawat tak berawak, kata pernyataan itu, seperti mengutip Reuters 9 Februari.
Keterlibatan jet tempur patroli Mirage 2000 untuk mendukung pasukan Eropa dan Mali yang dikerahkan di darat, menyebabkan sekitar dua puluh teroris tewas, kata pernyataan itu.
Pernyataan tersebut juga mengungkapkan, kendaraan dengan puluhan kilogram bahan peledak, senjata dan sepeda motor, sebagian besar digunakan oleh para pejuang dalam serangan di wilayah Sahel Afrika Barat, turut dihancurkan.
Operasi gabungan yang berlangsung dari 1 Februari hingga 6 Februari bertepatan dengan ketegangan dalam hubungan antara Mali dan Prancis, telah memaksa Paris dan sekutu Eropa lainnya untuk mempertanyakan kehadiran militer mereka yang berkelanjutan di Mali.
Sekutu Eropa akan memutuskan minggu depan, bagaimana melanjutkan perjuangan mereka melawan militan Islam di Mali, menggambarkan situasinya sebagai "tidak dapat dipertahankan".
BACA JUGA:
Diketahui, dalam serangan verbal pada Hari Senin, Choguel Maiga, yang ditunjuk sebagai Perdana Menteri sementara menyusul kudeta tahun lalu, menuduh militer Prancis sengaja membagi negara Afrika Barat itu, serta melakukan spionase selama perang melawan militan Islam.
Kementerian Angkatan Darat Prancis mengatakan dalam pernyataannya, operasi di daerah tiga perbatasan Mali, Niger dan Burkina Faso menunjukkan tingkat kerjasama yang tinggi serta efektivitas kemitraan tempur antara tentara Mali dan satuan tugas Eropa yang termasuk pasukan khusus Estonia.