Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, Pact of the Future harus dapat memastikan terciptanya perdamaian dan kesejahteraan bagi semua, dan harus memastikan arsitektur multilateral yang lebih baik, saat menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri Persiapan Summif of the Future (SoTF) yang diadakan di sela-sela High Level Week Sidang Majelis Umum PBB ke-78 di New York, Hari Kamis.

"Upaya bersama ini harus dilandaskan pada prinsip kolaborasi, solidaritas dan win- win solution," kata Menlu Retno dalam keterangan Kementerian Luar Negeri 22 September.

Summit of the Future merupakan Konferensi Tingkat Tinggi yang akan diselenggarakan pada tahun 2024 dengan tujuan untuk memperkuat kerja sama multilateral dan mendorong tercapainya konsensus global untuk mengatasi berbagai tantangan saat ini dan masa depan.

Sementara, Pertemuan Tingkat Menteri Persiapan Summit of the Future kali ini dihadiri oleh para Menteri dari negara-negara anggota PBB.

"Pertemuan Summit of the Future harus dapat memberikan hasil yang nyata dan konkret. Untuk itu, reformasi arsitektur multilateral saat ini sangat penting untuk dilakukan," kata Menlu Retno.

Dalam kesempatan itu Menlu Retno menekankan, ada dua isu utama yang harus ada dalam pertemuan SoTF mendatang.

Pertama, lanjut Menlu Retno, memastikan perdamaian untuk Semua. Dikatakannya, perdamaian hanya dapat diraih apabila ada infrastruktur perdamaian yang kuat.

"Infrastruktur perdamaian tersebut antara lain dengan: mematuhi Piagam PBB dan hukum internasional secara konsisten; berkomitmen terhadap penyelesaian konflik secara damai; kerja sama multilateral yang kuat; kerja sama kawasan yang inklusif; reformasi DK PBB agar lebih transparan, demokratis, dan efektif; serta menjaga perdamaian melalui penguatan PKO," urai Menlu Retno.

Berikutnya, Menlu Retno juga menekankan untuk memastikan tercapainya kesejahteraan bagi semua.

"Kita membutuhkan sistem perdagangan multilateral yang terbuka, adil dan tidak diskriminatif, yang menghormati hak untuk membangun dari negara-negara berkembang, yang mendengar suara dan kepentingan negara- negara berkembang, serta yang inklusif dengan sistem keuangan global," kata Menlu Retno.

Menlu Retno menambahkan, sistem perdagangan multilateral harus mengedepankan ekonomi hijau dan berkelanjutan dengan peran besar dari teknologi dan inovasi.

"Sistem perdagangan multilateral tersebut juga harus bisa menciptakan ekonomi global yang tangguh, antara lain melalui penguatan arsitektur kesehatan global, ketahanan pangan dan energi, stabilitas finansial dan ekonomi digital," tandasnya.