Masih Soal Pulau Rempang, Kapolres Barelang Minta Masyarakat Tak Cepat Percaya atas Informasi yang Beredar di Medsos
Kapolres Barelang Kombes Pol Nugroho. (Ronald Tanamas VOI)

Bagikan:

BATAM - Kapolres Barelang Kombes Pol Nugroho mengatakan saat aksi demonstrasi terjadi seputar kasus Pulau Rempang, diduga ada provokator yang melakukan hasutan dengan ancaman viral. Tujuannya dinilai untuk merugikan nama kepolisian yang melakukan pengamanan.

"Kemarin itu di tengah aksi memang ada provokator yang mengedepankan ibu-ibu dan anak-anak di saat aksi berlangsung. Tujuannya jika terjadi chaos dan anak-anak serta kaum ibu jadi korban maka akan diviralkan dan itu ada buktinya," kata Kapolresta Barelang Kombes Pol Nugroho kepada VOI yang menemuinya di Kampung Pasir Panjang, Pulau Rempang, Kecamatan Galang, Kamis, 21 September.

Aksi Provokator

Nugroho menyebutkan polisi dan tim terpadu sudah melakukan antisipasi akan hembusan dari para provokator di tengah aksi.

"Kami dari kepolisian dan tim terpadu lainnya sudah lakukan antisipasi dengan memberitahu kepada kaum ibu untuk mengawasi anak-anaknya dan juga kami beritahukan kepada hal yang sama kepada para guru," kata Nugroho.

Terkait informasi adanya bayi yang meninggal akibat terkena gas air mata ditegaskan Nugroho itu tidak benar dan tidak ada yang meninggal.

"Kami juga melakukan evakuasi kepada kaum ibu dan anak-anak termasuk bayi yang disebutkan terkena gas air mata dan meninggal padahal tidak. Anggota membawa ke rumah sakit dan alhamdulillah sehat sampai sekarang. Isu dan rumor seperti itu yang saat ini sedang diawasi dan dicari oleh anggota kami," kata Nugroho.

Embusan isu yang beredar di media sosial terkait kejadian di Pulau Rempang, Batam ditegaskan Nugroho banyak tidak benarnya dan merugikan nama kepolisian.

"Salah satunya tentang adanya kepala warga yang terkena peluru karet kemudian kepalanya pecah ternyata setelah dicek itu editan," tegas Nugroho.

"Karena itu saya meminta kepada masyarakat untuk bijak dan berhati-hati dalam menerima setiap informasi yang beredar di media sosial yang belum tentu kebenarannya," tandasnya soal banyaknya informasi yang beredar dalam kasus Pulau Rempang.