Bagikan:

JAKARTA - Tim penyelamat terus berpacu dengan waktu pada Hari Jumat untuk mencari ribuan orang yang masih hilang, akibat banjir yang menyapu Kota Derna di pesisir Libya pekan ini, sementara pejabat PBB menyoroti seandainya sistem peringatan dini bisa berfungsi.

Lebih dari 11.000 orang tewas, kata Bulan Sabit Merah Libya, dan 10.100 lainnya dilaporkan hilang di kota Mediterania tersebut, seperti melansir The National News 15 September.

Otoritas kesehatan sebelumnya menyebutkan jumlah korban tewas di Derna sebanyak 5.500 orang. Kehancuran yang disebabkan oleh Badai Daniel juga menewaskan sekitar 170 orang di tempat lain di negara itu.

Curah hujan yang sangat besar menyebabkan dua bendungan di bagian hulu runtuh pada Minggu malam, melepaskan dinding air yang menghanyutkan seluruh lingkungan di Derna ke Laut Mediterania.

Seorang pejabat PBB mengatakan pada Hari Kamis, sebagian besar korban sebenarnya bisa dihindari.

"Jika layanan meteorologi beroperasi normal, mereka bisa saja mengeluarkan peringatan," kata Kepala Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB Petteri Taalas kepada wartawan di Jenewa.

"Otoritas manajemen darurat akan mampu melakukan evakuasi," sambungnya.

WMO mengatakan minggu ini, Pusat Meteorologi Nasional mengeluarkan peringatan 72 jam sebelum banjir, memberitahukan semua otoritas pemerintah melalui email dan media.

Sekitar 300.000 anak diperkirakan terkena dampak badai dahsyat tersebut, dan semakin banyak keluarga yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan, kata pejabat UNICEF.

"Anak-anak Libya kembali menghadapi tragedi setelah konflik selama lebih dari satu dekade," ujar Perwakilan UNICEF di Libya Michele Servadei yang tengah mengunjungi daerah yang terkena dampak banjir.

"Prioritas kami adalah meningkatkan bantuan penyelamatan jiwa, khususnya dengan menyediakan pasokan kesehatan, air dan sanitasi, dukungan psikososial, penelusuran keluarga dan mencegah penyakit yang ditularkan melalui air," urainya.

"Untuk mencegah bencana, kita tidak boleh kehilangan waktu. Kita tahu dari bencana-bencana yang pernah terjadi di seluruh dunia bahwa dampak banjir sering kali lebih mematikan bagi anak-anak dibandingkan dampak cuaca ekstrem itu sendiri," lanjutnya.

"Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan dan berisiko tinggi terkena wabah penyakit, kekurangan air minum yang aman, kekurangan gizi, gangguan pembelajaran dan kekerasan," tandas Servadei.