Bagikan:

JAKARTA - Indonesia siap mengirimkan bantuan untuk korban bencana di Libya dan Maroko jika diminta oleh kedua negara itu.

"Kalau sudah ada permintaan, pasti kita berikan. Indonesia punya tradisi selalu termasuk negara pertama yang membantu saudara-saudara, sahabat kita," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal dikutip ANTARA, Kamis, 14 September.

Namun, sejauh ini pemerintah Maroko belum membuka diri untuk menerima bantuan asing kecuali dari beberapa negara yang secara khusus telah diminta oleh negara yang dilanda gempa bumi bermagnitudo 6,8 itu.

Sementara pemerintah Libya secara resmi masih berkomunikasi dengan KBRI Tripoli terkait bantuan bagi korban banjir dahsyat yang menewaskan sedikitnya 6.000 korban dan menyebabkan ribuan orang hilang.

Iqbal menyebutkan, sejauh ini tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban bencana di Libya dan Maroko.

Namun, mengingat lokasi banjir di Libya bagian timur yang cukup jauh dari ibu kota Tripoli, pemerintah mengakui kesulitan mengidentifikasi dan memastikan jumlah korban.

Terlebih, Libya yang masih menghadapi konflik politik dengan adanya dua pemerintahan yang bersaing, satu di Tripoli dan satu lainnya di Tobruk yang semakin menyulitkan penanganan bencana.

"Karena itu kita belum bisa memastikan 100 persen (ada tidaknya korban WNI) karena masalah politik dan geografis. Ini kan wilayah banjirnya lebih dekat ke Benghazi, memang jauh dari Tripoli," kata   Iqbal.

Tercatat 282 WNI berada di Libya dan sekitar 500 WNI ada di Maroko.