JAKARTA – Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, mengundang investor Korea Selatan untuk menanamkan modalnya di sektor teknologi pertanian di Indonesia. Menurutnya kerja sama tersebut merupakan peluang emas bagi kedua negara untuk sama-sama tumbuh di tengah ancaman krisis pangan dunia.
Pada wawancara dengan Maekyung Media Grup (MBN), jaringan media terbesar di Korea Selatan, di Seoul, Kamis kemarin, Moeldoko menegaskan berinvestasi di Indonesia sangat menguntungkan bagi Korea Selatan.
Indonesia memiliki 270 penduduk yang dapat menjadi pasar yang besar, dengan sumber daya alam yang melimpah dan ekonomi yang stabil.
Kata dia, Indonesia memiliki ketersediaan lahan, kondisi alam yang mendukung, kekayaan varietas, serta ketersediaan SDM dan pasar yang besar.
"Korsel punya teknologi pertanian yang maju. Jika kerjasama ini dapat dimaksimalkan, bukan tidak mungkin Indonesia dan Korsel dapat menjaga ketahanan pangan, dan bahkan bertumbuh di tengah ancaman krisis pangan dunia,” papar Moeldoko.
Lebih lanjut, Ia mengatakan dunia agro farming global sedang mengalami masalah pelik, yaitu regenerasi pelaku pertanian. Petani sudah semakin tua dan anak muda tidak tertarik untuk terjun ke pertanian. Jika ini tidak segera diatasi, sambung Moeldoko, maka krisis pangan dunia bisa terjadi.
“Di Indonesia, titik terang jawaban atas permasalahan ini sudah dilakukan. Anak muda sudah ikut terlibat dalam industri pertanian dengan pendekatan teknologi,” ujarnya.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini, menceritakan tentang gerakan anak muda untuk membangun pertanian Indonesia.
Aksi yang dideklarasikan dengan nama Gerakan Maju Tani Indonesia itu, sebut dia, telah menghasilkan produk-produk pertanian unggul dengan menggunakan pendekatan teknologi, seperti bibit yang unggul dan tahan dari serangan hama dan cuaca.
“Mereka juga menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam produksi, sehingga terjadi efisiensi,” ucap Moeldoko.
Panglima TNI 2013-2015 ini menyampaikan, apa yang dilakukan oleh anak-anak muda dalam memajukan sektor pertanian melalui pendekatan teknologi ini merupakan modernisasi konsep Marhaen yang diinisiasi oleh Presiden Soekarno.
Saat itu, cerita dia, Presiden pertama RI tersebut bertemu dengan seorang petani bernama Marhaen yang memiliki lahan dan alat pertanian, namun mengaku miskin.
BACA JUGA:
“Disitulah kemudian tercetus ide gerakan dari Pak Karno untuk menyejahterakan dan memberikan keadilan bagi petani. Untuk itu saya menyebut Gerakan Tani Maju Indonesia ini sebagai Neo Marhaen,” tutur Moeldoko.
Kunjungan kerja KSP, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, ke Seoul, Korea Selatan untuk menjadi pembicara pada Forum Pengetahuan Dunia atau World Knowledge Forum (WKF).
Forum yang sudah berlangsung sejak tahun 2000 ini, mengumpulkan 200 pengusaha dan pakar dari seluruh dunia untuk memprediksi masa depan, dan membahas solusi atas masalah-masalah yang dihadapi global.