JAKARTA - Serangan balasan Ukraina terhadap pasukan Rusia akan terus berlanjut saat cuaca dingin dan basah pada akhir tahun ini, meskipun akan semakin sulit untuk dilawan, kata kepala intelijen Kyiv Kyrylo Budanov.
Ukraina melancarkan serangan balasan pada musim panas ini yang telah merebut kembali lebih dari selusin desa di selatan dan timur selama tiga bulan, namun terhambat oleh ladang ranjau yang luas dan pertahanan ketat pasukan Rusia.
"Aksi tempur akan terus berlanjut dengan satu atau lain cara. Dalam cuaca dingin, basah dan berlumpur, pertempuran akan lebih sulit dilakukan. Pertempuran akan terus berlanjut. Serangan balasan akan terus berlanjut," terang Budanov, dilansir dari Reuters 10 September.
Komentar tersebut, yang disampaikan pada konferensi di Kyiv yang diselenggarakan oleh Victor Pinchuk Foundation, memberikan indikasi terkuat hingga saat ini, Ukraina tidak berencana menghentikan upayanya ketika cuaca berubah pada akhir tahun ini.
Diketahui, negara-negara Barat memasok peralatan militer senilai miliaran dolar, melatih ribuan pejuang Ukraina untuk melakukan serangan balasan guna membantu Kyiv mencoba merebut kembali wilayahnya.
Namun lambatnya kemajuan serangan balasan telah memicu kekhawatiran di kalangan pendukung Kyiv, Barat akan kesulitan mempertahankan skala bantuan militer agar Ukraina tetap berjuang dengan intensitas yang sama.
Terpisah, Vadym Skibytskyi, seorang pejabat dari badan mata-mata militer Ukraina mengatakan pada Hari Sabtu, saat ini ada sekitar 420.000 tentara Rusia di Ukraina.
Sementara itu, serangan di wilayah tenggara Zaporizhzhia, yang sekarang berpusat di sekitar Desa Robotyne dan Verbove, dipandang sebagai bagian penting dari operasi yang berupaya membagi pasukan pendudukan Rusia menjadi dua di selatan, namun masih jauh dari tujuan tersebut.
BACA JUGA:
"Serangan balasan kami terjadi di beberapa arah," kata Budanov, mengakui kemajuan yang dicapai lebih lambat dari yang ia inginkan, menggambarkan situasinya sebagai situasi yang sulit.
Terlepas dari besarnya konsentrasi ranjau Rusia, ia mengidentifikasi banyaknya jumlah drone kecil "kamikaze" Rusia, sebagai faktor kunci yang memperlambat kemajuan Ukraina sejauh ini.
Di sisi lain, Rusia, yang melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022, mengatakan serangan balasan Ukraina telah gagal.