JAKARTA - Pemerintah Ankara mengonfirmasi kesiapannya untuk secara aktif memfasilitasi proses pencapaian perjanjian gencatan senjata pihak-pihak yang bertika di Ukraina, kata Kementerian Pertahanan Turki.
"Kami memantau dengan cermat peristiwa yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, yang secara serius mengancam keamanan kawasan kami dan seluruh dunia," lapor surat kabar Hurriyet mengutip kementerian, seperti dilansir dari TASS 8 September.
"Kami menegaskan kesiapan kami untuk memainkan peran aktif dan membantu dalam memastikan gencatan senjata dan perdamaian yang stabil, serta menyediakan dukungan komprehensif dalam meringankan krisis kemanusiaan," lanjut kementerian.
Kementerian Pertahanan menegaskan kembali, Turki mempertahankan interaksi dengan Rusia, Ukraina dan PBB dalam memperluas Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam.
"Kami berharap setelah pertemuan (antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Sochi pada tanggal 4 September), langkah-langkah positif akan diambil untuk melanjutkan inisiatif ini, yang berkontribusi besar terhadap stabilisasi harga pangan global dan membuktikan bahwa semua krisis dapat diselesaikan dengan niat baik dan dialog," kata pernyataan kementerian tersebut.
Diketahui, kesepakatan biji-bijian Laut Hitam tidak lagi berlaku pada tanggal 17 Juli. Setelah beberapa kali diperpanjang sejak dimulainya kesepakatan biji-bijian pada Bulan Juli 2022 untuk memperpanjang perjanjian Istanbul guna menyediakan jalur yang aman bagi kapal-kapal yang membawa biji-bijian Ukraina serta membuka blokir ekspor pertanian Rusia.
BACA JUGA:
Moskow menolak untuk menyetujui perpanjangan lebih lanjut, menegaskan kembali bahwa ketentuan-ketentuan perjanjian yang terkait dengan Rusia tidak pernah benar-benar dilaksanakan.
Sebelumnya, berbicara pada konferensi pers di Sochi pada tanggal 4 September setelah pembicaraannya dengan Presiden Erdogan, Putin mengatakan Moskow akan siap untuk kembali ke kesepakatan gandum dalam hitungan hari, setelah ketentuan yang memungkinkan ekspor pertanian Rusia terpenuhi.