Bagikan:

KALTENG - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pulang Pisau meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperbaiki peralatan air quality monitoring system (AQMS) atau sistem pemantau kualitas udara saat ini mengalami kerusakan.

Kerusakan alat yang merupakan bantuan dari KLHK tahun 2020 ini sudah cukup lama dan dilaporkan melalui surat kepada pemerintah pusat melalui Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara KLHK.

"Kami berharap permintaan perbaikan alat yang kami sampaikan melalui surat itu, dapat ditindaklanjuti KLHK," kata Kabid Pengendalian dan Kerusakan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pulang Pisau Veronica Lenny Puspasari di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng), Jumat 8 September, disitat Antara.

Menurut dia, keberadaan AQMS sekarang ini menjadi kebutuhan, mengingat masyarakat membutuhkan data untuk mengetahui tingkat kualitas udara di kabupaten setempat. Terjadinya kebakaran hutan dan lahan(karhutla) di beberapa titik di kabupaten setempat menjadi alasan bagi masyarakat untuk mengetahui sejauh mana dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan.

Untuk peralatan AQMS ini, katanya, tergolong cukup mahal. Pemerintah setempat juga masih belum mampu untuk pengadaan karena terbatasnya anggaran yang dimiliki.

"Namanya peralatan yang berbasis sistem real time dan online ini sewaktu-waktu pasti bisa mengalami kerusakan sehingga perlu adanya perawatan secara berkala," kata dia.

Terkait dengan kerusakan peralatan AQMS ini, bebernya, sampai saat ini DLH setempat masih menunggu tindak lanjut dari pihak Kementerian KLHK untuk perbaikan. Sementara kebutuhan data menggunakan data dari peralatan AQMS terdekat seperti Kota Palangka Raya.

"Untuk perawatan peralatan tidak bisa dianggarkan pemerintah setempat karena AQMS ini statusnya belum dihibahkan, sehingga apabila terjadi kerusakan untuk perbaikan masih menjadi tanggungjawab dari kementerian," paparnya.

Paling tidak, terang Veronica, kabupaten setempat mendapat tambahan dua lagi peralatan AQMS karena wilayahnya yang memiliki kerentanan tinggi terjadi kebakaran hutan dan lahan. Risiko yang berdampak pada kesehatan masyarakat ini yang menjadi dasar bagi DLH setempat untuk mengusulkan tambahan peralatan tersebut untuk ditempatkan di kecamatan yang rentan.

Dijelaskannya, ada beberapa indikator atau parameter yang diukur oleh alat AQMS ini adalah indeks standar pencemar udara (ISPU) ini, di antaranya hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), Ozon (O3), dan partikulat (PM10 dan PM2,5).

"Seperti data sebelumnya, kualitas udara di kabupaten setempat belakangan ini terjadi penurunan dari kategori baik menjadi sedang," ujar Veronica.