JAKARTA - Belasan siswa disebut menjadi korban akibat gas air mata yang ditembakan anggota kepolisian saat insiden kericuhan di Pulau Rempang-Galang, Batam, Kepulauan Riau. Polri mengklaim penyebabnya karena gas air mata tertiup angin.
"Yang ada karena tindakan pengamanan oleh aparat kepolisian dengan menyemprotkan gas air mata ketiup angin, sehingga terjadi gangguan pengelihatan untuk sementara,” ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan kepada wartawan, Jumat, 8 September.
Selain itu, penembakan gas air mata itupun disebut tak bermaksud untuk melukai. Melainkan, bertujuan membubarkan massa yang sempat bentrok dengan petugas.
"Ini adalah kegiatan pengamanan, imbas dari pada gas air mata yang tujuannya adalah untuk membubarkan warga," sebutnya.
Bahkan, ditegaskan dalam insiden itu tak jatuh korban dari masyarakat. Saat ini, kondisi dan situasi disebut sudah kondusif.
"Tidak ada korban di pihak masyarakat dan di pihak aparat keamanan," kata Ramadhan.
BACA JUGA:
Sebelumnya, petugas gabungan dari Polri, TNI, Ditpam Badan Pengusahaan (BP) Batam, dan Satpol PP terlibat bentrok dengan warga Rempang yang tengah menjaga proses pengukuran, Kamis.
Adapun keributan pecah saat petugas gabungan tiba di lokasi. Keributan itu dipicu karena warga masih belum setuju dengan adanya pengembangan kawasan tersebut yang merupakan kampung adat masyarakat Melayu. Akibat keributan tersebut, petugas terpaksa menembakkan gas air mata karena situasi yang tidak kondusif.
"Ada belasan siswa yang saya tahu dibawa oleh ambulans ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Gas air mata itu tadi terbawa angin, karena ribut dekat dari sekolah kami," ujar Kepala Sekolah SMP Negeri 22 Muhammad Nazib saat ditemui di lokasi.