JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres mengatakan pada Hari Kamis, dirinya telah mengirim proposal untuk memulihkan kembali kesepakatan biji-bijian Laut Hitam kepada Rusia melalui Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
Surat Guterres muncul menjelang pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, seperti melansir Reuters 1 September.
Dua sumber Turki mengatakan kepada Reuters, kedua pemimpin negara tersebut rencananya akan menggelar pertemuan pada Hari Senin, sekaligus membahas ekspor biji-bijian Laut Hitam.
"Saya yakin kami mengajukan proposal yang bisa menjadi dasar pembaruan, namun pembaruan itu harus stabil," kata Guterres kepada wartawan, tanpa menjelaskan lebih lanjut rincian proposal tersebut, melansir Reuters 1 September.
"Kita tidak bisa memiliki inisiatif Laut Hitam yang berpindah dari krisis ke krisis, dari penangguhan ke penangguhan. Kita perlu memiliki sesuatu yang berhasil dan bermanfaat bagi semua orang," sambung Guterres.
Seorang diplomat Rusia, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan kepada Reuters bahwa “tidak ada pengungkapan” dalam surat Guterres kepada Lavrov dan surat itu hanya “ringkasan dari gagasan-gagasan PBB sebelumnya, yang tidak berhasil.”
Sedangkan Lavrov sebelumnya mengatakan pada Hari Kamis, setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan di Moskow, Rusia tidak melihat tanda-tanda mereka akan menerima jaminan yang memungkinkannya melanjutkan kesepakatan gandum di Laut Hitam.
Kesepakatan biji-bijian Laut Hitam dimaksudkan untuk memerangi krisis pangan global yang menurut PBB telah diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Ini dijembatani oleh Turki dan PBB. Rusia dan Ukraina diketahui sama-sama merupakan eksportir biji-bijian terkemuka.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan peluang untuk memulihkan kesepakatan itu tidak tertutup. Rusia mengatakan, jika tuntutan untuk meningkatkan ekspor biji-bijian dan pupuk dipenuhi, maka Rusia akan mempertimbangkan untuk menghidupkan kembali perjanjian Laut Hitam.
BACA JUGA:
Salah satu tuntutan utama Moskow adalah agar Bank Pertanian Rusia terhubung kembali ke sistem pembayaran internasional SWIFT. Uni Eropa menghentikan skema itu pada Juni 2022.
Meskipun ekspor makanan dan pupuk Rusia tidak terkena sanksi Barat yang diberlakukan setelah invasi Rusia ke Ukraina, Moskow mengatakan pembatasan pembayaran, logistik dan asuransi telah menghambat pengiriman.
"Kami mempunyai beberapa solusi konkret memungkinkan akses yang lebih efektif terhadap pangan dan pupuk Rusia ke pasar global dengan harga yang memadai," ujar Guterres.
"Saya yakin, dengan bekerja serius, kita bisa mendapatkan solusi positif untuk semua orang," tutupnya.