JAKARTA - Industri kecil pembuatan arang batok di Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, memiliki 12 orang pekerja yang hanya menggantungkan hidup dengan membuat arang batok.
Munculnya kebijakan pemerintah terkait penutupan tempat usaha pembuatan arang membuat para pekerja pun meradang.
"Keberatan sekali (atas sikap Pemkot Jaktim), mereka mencari nafkah buat anak istri dan keluarga. Sekarang mau ditutup, kompensasi tidak sesuai," kata Dian, selaku pemilik lahan dan pengelola pembakaran arang kepada VOI, Kamis, 31 Agustus.
Dian mengaku, pihaknya memproduksi arang setiap dua hari sekali. Sekali produksi, mereka hanya dapat menghasilkan 30 karung.
"Sekali produksi 30 karung per 2 hari. Kita membakar 2 hari sekali, tidak setiap hari. Jadi bukan setiap hari dibakar," ucapnya.
Sebelum tempat usahanya ditutup oleh Pemkot Jakarta Timur, Dian mengaku tidak pernah mendapatkan surat peringatan atau surat pemberitahuan dari pihak Kecamatan setempat.
"Mereka datang mendadak langsung minta ditutup. Tidak ada surat pemberitahuan sebelumnya," sesalnya.
Pihaknya selama penutupan hanya diberikan biaya kompensasi Rp4,2 juta selama 1 minggu dan dibagi ke 12 pekerja arang.
BACA JUGA:
"Dari 4,2 juta kita bagi 12 orang misalkan, duit segitu tidak seberapa lah. Kalau untuk seminggu tidak jadi soal, kita sudah mengalah. Namun untuk kelanjutan kesananya kita mau makan dari mana nih? Kalau tidak ada usaha (pembuatan arang) lagi," tanya Dian.
Dian pun menantang jika Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemprov DKI Jakarta mau menanggung biaya kehidupan para pekerja pembuatan arang menggunakan tunjangan kerja ASN, mungkin pihaknya dapat menutup tempat usahanya tersebut.
"Pejabat mau tidak kalau TKD-nya dipotong buat bayar anak-anak (pekerja pembuatan arang). Pejabat jangan hanya cari selamat sendiri buat mereka, sementara rakyat kecil dikorbankan. Solusinya apa, masa disuruh tutup gitu aja, terus rakyat mau kelaparan tidak makan. Nanti kalau timbul mereka berbuat kriminal, merampok, membegal atau yang lain siapa yang mau bertanggungjawab? Akhirnya malah timbul permasalahan baru," keluhnya kepada pemerintah.
"Saya menolak keras jika tidak kasih solusi, Pemkot Jaktim harus ada solusi jangan menimbulkan masalah baru. Saya menjalani kegiatan ini membuka lapangan kerja," tegasnya.
Terlihat di lokasi pembuatan arang, pengelola dan karyawan memasang spanduk bertuliskan "Pak Presiden Jokowi Tolong Kami!! Rakyat Kecil yang Butuh Makan Nafkah Anak Istri".