Bagikan:

JAKARTA - Di tengah polemik penetapan lokasi Formula E saat ini, ternyata ada pengaspalan sirkuit di timur kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. Aspal hitam tersebut dipasang di atas batu alam (cobblestone). 

Pengamatan di lokasi, pengaspalan dibuat dengan panjang 4 meter dan lebar 5 meter. Sehingga, tidak menutupi ruas jalan sepenuhnya, melainkan hanya sebagian dari ukuran jalan. 

Jika dilihat, aspal belum kering sepenuhnya. Namun, aspal tersebut tak diberi pembatas, sehingga beberapa pengunjung kerap lewat di atasnya. 

Meski pengaspalan dibuat menyatu, namun ada dua jenis aspal yang dipasang. Di bagian kiri, ada lapisan kain serat berwarna putih di antara batu alam dan aspal. Pada sebelah kanan, aspal langsung menutup batu alam dan dilapisi dua kali. 

Deputy Director Communications Formula E Jakarta Propertindo Hilbram Dunar menjelaskan, pengaspalan dilakukan pada kemarin malam. Sementara, pemasangan dua jenis pengaspalan berbeda, katanya sengaja dilakuan. Metode tersebut adalah sandsheet dan geotextile.

"Hal ini dilakukan untuk menentukan mana yang paling efektif apabila nanti dikembalikan ke cobble stone," ujar Hilbram saat dikonfirmasi, Sabtu, 22 Februari. 

Meski demikian, pengaspalan yang dikerjakan oleh JakPro tersebut hanyalah uji coba. Kata dia, pengaspalan akan dibongkar kembali pada Rabu, 26 Februari. 

Pengaspalan di Monas (Diah Ayu Wardani/VOI)

"Seteleh di-review, kita akan memilih mana yang paling efisien. Lalu, lokasi akan mulai dilakulan pengaspalan," ungkapnya. 

Deputi Bidang Teknis Formula E Jakarta menambahkan, di negara-negara penyelenggara Formula E lainnya, pelapisan aspal di atas cobblestone dilakukan di Paris, Prancis serta di Roma, Italia.

“Di Paris, sirkuit Formula E mengitari situs Les Invalides yang umurnya 350 tahun. Maka setiap selesai gelar Formula E, aspalnya dikelupas dan kembali seperti sedia kala,” lanjut Wisnu.

Sebagai informasi, penetapan lokasi Formula E di Monas menuai masalah. Polemik ini berawal dari carut-marut rekomendasi penyelenggaraan Formula E di kawasan cagar budaya, yakni Monumen Nasional (Monas). 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyerahkan surat rekomendasi Formula E tersebut kepada Komisi Pengarah Kawasan Medan Merdeka. Tertulis, pihak yang memberikan rekomendasi tersebut adalah Tim Ahli Cagar Budaya (TACB). 

Ternyata, Ketua TACB Mundardjito membantah telah memberikan rekomendasi. Anak buah Anies pun mengakui kesalahan mereka karena ceroboh salah mengetik nama lembaga. Sekretaris Daerah DKI Saefullah menyebut semestinya rekomendasi yang ditulis adalah Tim Sidang Pemugaran (TSP). 

"Ada kekeliruan dari tim teknis kita. Jadi, ketika dimasukkan di format surat, salah persepsinya, mestinya TSP jadi TACB," kata Saefullah. 

Segala carut-marut dalam proses rekomendasi penyelenggaraan Formula E membuat Fraksi PDIP DPRD DKI menolak ajang balap tersebut digelar di Monas.

Penolakan ini, kata Anggota Fraksi PDIP Merry Hotma, disertai kekhawatiran, nantinya penyelenggara Formula E tak mampu memulihkan kawasan Monas seperti sediakala. 

"Definisi cagar budaya tidak hanya tugu Monas tapi seluruh kawasan itu cagar budaya. Saya menyuarakan Fraksi PDIP menyatakan menolak Formula dilaksanakan di cagar budaya kawasan Monas. Ini sudah terlalu ribet," kata Merry. 

Penolakan Formula E digelar di Monas ternyata tak hanya dilontarkan PDIP. Selepas rapat, Ketua TACB DKI Mundardjito sependapat dengan anggapan Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi bahwa Monas merupakan cagar budaya nasional. 

Mundardjito menyebut, ada aturan yang lebih tinggi dari Kepgub Nomor 1443 Tahun 2017 Tentang TACB dan TSP, yakni Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Dalam UU Cagar Budaya, pihak yang berhak memberikan rekomendasi atas suatu obyek cagar budaya adalah TACB. 

Mengingat Monas adalah cagar budaya nasional, rekomendasi Formula E juga harus diberikan oleh TACB Nasional. "Saya rasa harus ada rekomendasi dari TACB Nasional. Tapi, secara umum, TACB Nasional tidak memberi rekomendasi di Monas," ucap Mundardjito. 

Dengan begitu, meski mengaku tidak dimintai rekomendasi, Mundardjito secara tegas menolak penyelenggaraan Formula E di Monas. 

"Jadi, jangan di monas lah. Pokoknya cagar budaya Monas buat saya itu suci. Kalau ada yang adu balap mobil dengan bunyi (mesin) 'sroong sroong', itu kayaknya kurang pantas," ungkap dia.