JAKARTA - Pemerintah Jerman menyetujui rancangan undang-undang pada hari Rabu yang melegalkan pembelian dan kepemilikan ganja untuk penggunaan rekreasi, menerapkan pembatasan konsumsi hingga penanaman, menepis kritik yang datang terhadap rencana tersebut.
Undang-undang tersebut akan memungkinkan orang dewasa untuk memiliki hingga 25 gram (0,9 ons) ganja dan menanam hingga tiga tanaman untuk penggunaan pribadi.
Selain itu, individu juga akan diizinkan untuk bergabung dengan "klub ganja" nirlaba yang beranggotakan hingga 500 orang, di mana tanaman tersebut dapat dibudidayakan dan dibeli secara legal.
Kendati demikian, RUU tersebut masih harus disetujui oleh anggota Parlemen Jerman, yang baru akan bersidang kembali usai liburan musim panas pada 4 September mendatang.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Karl Lauterbach mengatakan, rancangan undang-undang tersebut sebagai "titik balik" dalam sikap Jerman terhadap ganja.
Dijelaskannya dalam konferensi pers di Berlin, ketentuan ini akan bersinggungan langsung dengan pasar gelap dan kejahatan narkoba, meringankan beban penegakan hukum dan memungkinkan konsumsi ganja yang lebih aman.
Selain itu, anak di bawah umur akan tetap dilarang menggunakan obat tersebut, dan pemerintah akan meluncurkan kampanye yang memperingatkan risiko kesehatan bagi kaum muda, tambahnya.
"Konsep yang kami tawarkan adalah salah satu legalisasi yang terkendali," katanya kepada para wartawan, melansir France 24 dari AFP 16 Agustus.
"Kami ingin membatasi konsumsi dan membuatnya lebih aman," tandas Lauterbach.
RUU legalisasi ganja ini merupakan program unggulan koalisi kiri-tengah pimpinan Kanselir Olaf Scholz, membuat Jerman memiliki salah satu kebijakan ganja paling liberal di Eropa.
Namun rancangan undang-undang tersebut tidak terlalu ambisius dibandingkan dengan apa yang dibayangkan sebelumnya.
Rencana untuk mengizinkan penjualan ganja secara luas di toko-toko berlisensi dibatalkan pada Bulan April, setelah Komisi Eropa menyuarakan keprihatinan.
Meski demikian, RUU tersebut tetap mendapat tentangan keras dari politisi konservatif, dokter dan aparat penegak hukum.
Menteri Kesehatan Regional Bavaria Klaus Holetschek dari partai oposisi, Partai CDU yang beraliran tengah-kanan, menyebut rencana tersebut "tidak bertanggung jawab". Menurutnya, contoh-contoh dari luar negeri telah menunjukkan, liberalisasi tidak banyak membantu mengekang pasar gelap.
Adapun Asosiasi Profesional Dokter Anak di Jerman mengeluarkan pernyataan bersama dengan asosiasi perawatan kesehatan anak muda, "dengan tegas" mengutuk rencana tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu dapat mendorong konsumsi ganja di kalangan anak muda.
Pun demikian dengan serikat polisi dan hakim yang juga mengkritik undang-undang tersebut karena terlalu birokratis, khawatir akan menambah tekanan pada sistem peradilan daripada meringankannya.
Menanggapi itu, Lauterbach mengatakan dia menyambut baik "diskusi kontroversial" yang dipicu oleh rencana tersebut, tetapi mengatakan para kritikus tidak memberikan solusi apa pun.
Dikatakannya, dekriminalisasi obat sambil memberlakukan sejumlah pembatasan dan menjelaskan bahaya penggunaan ganja "akan berhasil".
Kampanye kesehatan masyarakat pemerintah secara khusus akan menyoroti dampak berbahaya dari penggunaan ganja secara teratur pada otak yang masih berkembang pada orang yang berusia di bawah 25 tahun, Lauterbach menambahkan, sebuah topik yang menurutnya masih "tabu" di kalangan orang tua dan di sekolah-sekolah.
Undang-undang tersebut juga melarang penggunaan ganja dalam jarak 200 meter (218 yard) dari sekolah, organisasi pemuda, taman bermain, lapangan olahraga, atau "klub ganja".
Jika RUU ini disahkan, pemerintah akan meninjau dampak sosial dari undang-undang baru ini setelah empat tahun.
Diketahui, sejumlah negara telah melonggarkan aturan seputar penggunaan ganja.
BACA JUGA:
Uruguay menjadi negara pertama di dunia yang melegalkan produksi, distribusi, dan konsumsi ganja pada tahun 2013.
Di Amerika Serikat, puluhan negara bagian termasuk California, telah mengubah undang-undang mereka dalam dekade terakhir untuk mengizinkan orang untuk merokok.
Malta menjadi anggota Uni Eropa pertama yang melegalkan ganja untuk rekreasi pada tahun 2021, sementara Belanda telah mentolerir penjualan dan penggunaan ganja di kedai kopi sejak tahun 1970-an.
Setelah mempelajari contoh-contoh dari negara lain, Lauterbach mengatakan, dia yakin rencana Jerman dalam bentuknya yang sekarang adalah "upaya terbaik dalam undang-undang ganja sejauh ini".