JAKARTA - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) mengatakan, mereka melacak garis keturunan virus baru yang menyebabkan COVID-19 dan terus melakukan mutasi.
Garis keturunan ini diberi nama BA.2.86, dan telah terdeteksi di Amerika Serikat, Denmark dan Israel, kata CDC dalam sebuah unggahan di platform Twitter.
"Ketika kami mempelajari lebih lanjut tentang BA.2.86, saran CDC untuk melindungi diri Anda dari COVID-19 tetap sama," kata badan tersebut, melansir Reuters 18 Agustus.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah unggahan di Twitter mengatakan pada Hari Kamis, mereka telah mengklasifikasikan BA.2.86 sebagai "varian yang sedang dipantau" karena banyaknya mutasi yang dibawanya.
WHO mengatakan, sejauh ini hanya beberapa urutan varian yang telah dilaporkan dari beberapa negara.
Garis keturunan baru, yang memiliki 36 mutasi dari varian XBB.1.5 COVID yang saat ini dominan, "mengingatkan kembali pada cabang virus yang lebih awal," jelas Dr. S. Wesley Long, direktur medis mikrobiologi diagnostik di Houston Methodist.
Dia mengatakan masih harus dilihat, apakah BA.2.86 akan mampu bersaing dengan jenis virus lain atau memiliki kelebihan dalam menghindari respons kekebalan dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya.
Analisis awal menunjukkan, varian baru "akan memiliki kemampuan yang sama atau lebih besar untuk lolos dari antibodi yang ditimbulkan oleh varian Omicron, pra-Omicron dan generasi pertama," kata Jesse Bloom, ahli virus di Fred Hutchinson Cancer Center, dalam sebuah slide yang diterbitkan pada Hari Kamis.
Diketahui, subvarian Omicron XBB.1.5 adalah strain yang ditargetkan oleh vaksin dalam dosis booster COVID yang akan datang.
BACA JUGA:
Slide Bloom mencatat, skenario yang paling mungkin terjadi adalah BA.2.86 kurang dapat ditularkan dibandingkan varian dominan saat ini, sehingga tidak akan menyebar secara luas, tetapi lebih banyak data pengurutan yang diperlukan.
"Kekhawatiran terbesar saya adalah, hal itu dapat menyebabkan lonjakan kasus yang lebih besar daripada yang telah kita lihat dalam gelombang baru-baru ini," kata Dr Long.
"Secara umum, dosis booster masih akan membantu Anda melawan COVID," tandasnya.