JAKARTA - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut ada kemungkinan kemampuan rapid test antigen dalam mendeteksi COVID-19 varian Omicron berkurang.
"Kemampuan rapid antigen dalam mendeteksi varian Omicron masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Rapid antigen kemungkinan masih bisa mendeteksi adanya infeksi COVID-19, namun akurasinya bisa berkurang," kata Wiku dalam konferensi pers virtual, dikutip pada Rabu, 5 Januari.
Wiku mengungkapkan, hal ini diketahui dari hasil penelitian Center for Disease Control (CDC) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan atau FDA Amerika Serikat.
BACA JUGA:
Wiku bilang, potensi berkurangnya kemampuan rapid antigen dalam mendeteksi varian baru COVID-19 ini lantaran Omicron merupakan varian yang memiliki tingkat mutasi tinggi pada gen S atau spike.
"Hal ini berdampak pada kemampuan deteksi alat uji diagnostik terutama yang menggunakan target gen S untuk mendeteksi virus," ucap Wiku.
Karenanya, lanjut dia, WHO memang sejak awal menyarankan agar alat tes COVID-19 yang digunakan berbasis NAAT (Nucleic Axis Amplification Test) seperti RT-PCR yang memiliki target gen lebih dari satu.
"Mengingat mudahnya virus COVID-19 bermutasi dan menghasilkan varian baru, dalam kasus omicron yang memiliki banyak perubahan pada gen S penggunaan alat uji NAAT yang hanya menargetkan gen s berpotensi gagal mendeteksi varian Omicron," paparnya.
Lalu, untuk mendeteksi varian Omicron tetap harus dilanjutkan dengan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS).