JAKARTA - Yayasan Abdi Siswa kedatangan prajurit shaolin dari Warrior Monk Group from China Songshan Shaolin Temple. Para shaolin tersebut melakukan beberapa pertunjukan, mulai dari kungfu hingga pengobatan tradisional.
Ketua Pengurus Yayasan Abdi Siswa, Jusuf Iskandar mengatakan, kedatangan Warrior Monk Group ke Abdi Siswa dalam rangka kerja sama pengenalan kungfu kepada siswa didik. Terlebih, Abdi Siswa baru membuka ekstrakurikuler kungfu.
“Mereka (Warrior Monk Group) menggunakan kami (Yayasan Abdi Siswa) untuk tempat pelatihan shaolin kungfu. Hal itu dilakukan dalam bentuk kerja sama. Karena selama ini dari berbagai ekstrakurikuler di sini, memang kungfu shaolin paling banyak pesertanya,” kata Jusuf saat diwawancara usai acara, Kamis 10 Agustus.
Lebih lanjut, kata Jusuf, sebelum Abdi Siswa menentukan kungfu shaolin sebagai ekstrakurikuler, ada penelitian terlebih dahulu. Pada akhirnya, kungfu shaolin sangat bermanfaat dalam membentuk karakter anak-anak.
Dia menjelaskan, shaolin mendalami filosofi bagaimana bertindak dan berlaku sebagai seorang anak atau manusia. Bukan hanya soal fisik yang kuat, ada nilai-nilai tertentu yang diajarkan di dalam pelatihan-pelatihan shaolin.
BACA JUGA:
“Itu yang membuat kami tertarik (menyediakan ekstrakurikuler kungfu shaolin. Namun, saat ini belum ada kurikulum shaolin, hanya ekstrakurikuler saja,” ujarnya.
Ketua Shaolin Xiu Culture Center Indonesia, Suhu Viktor, menjelaskan sedikit ihwal budaya shaolin yang harus diketahui. Pertama adalah kungfu. Kedua, meditasi. Ketiga, yaitu terkait pengobatan tradisional dengan ke gunakan obat-obatan herbal.
“Apa sih bedanya anak-anak yang belajar shaolin dan yang tidak? Shaolin mengajarkan anak-anak untuk menjadi orang benar. Misalnya dalam hal bertutur, makan, dan sebagainya. Terpenting, shaolin melarang untuk menjadi manusia yang sombong,” tegas Viktor.