JAKARTA - Agen FBI menembak mati seorang pria yang diduga mengancam membunuh Presiden Joe Biden hingga sejumlah pejabat Amerika Serikat lainnya, beberapa jam sebelum presiden mendarat di Utah pada Hari Rabu, menurut pihak berwenang.
Presiden Biden dijadwalkan terbang ke Utah pada Hari Rabu, di tengah-tengah perjalanan ke AS bagian barat. Dia menghabiskan Hari Rabu di New Mexico, di mana dia berbicara di sebuah pabrik yang akan memproduksi kincir angin, melansir The National News 10 Agustus.
Agen-agen khusus berusaha melakukan penangkapan berbekal surat perintah di rumah Craig Deleeuw Robertson di Provo, sebelah selatan Salt Lake City, kata FBI dalam sebuah pernyataan.
Agen SWAT FBI memberikan perintah kepada pria itu, ketika dia menodongkan senjata ke arah mereka, menurut sumber penegak hukum yang mengetahui insiden tersebut, dikutip dari CNN.
Robertson menghadapi tiga dakwaan federal, termasuk ancaman terhadap presiden serta mempengaruhi, menghalangi dan membalas terhadap petugas penegak hukum federal dengan ancaman. Penyelidik mencatat, Robertson tampaknya memiliki "senapan sniper" dan beberapa senjata api lainnya.
Beberapa ancaman terjadi tepat sebelum rencana perjalanan Presiden Biden ke Utah pada Rabu malam.
"AKU MENDENGAR BIDEN AKAN DATANG KE UTAH," bunyi salah satu ancaman, menurut jaksa. "MEMBUKA SUIT GHILLE TUA SAYA DAN MEMBERSIHKAN DEBU DARI SENAPAN SNIPER M24. SELAMAT DATANG, KEPALA BUFFOON!" tulisnya.
Robertson juga mengunggah ancaman online dalam beberapa bulan terakhir terhadap politisi dan jaksa yang mengajukan kasus terhadap mantan Presiden Donald Trump.
Dalam sebuah unggahan di Hari Senin, Robertson berkata, "Hai FBI, Anda masih memantau media sosial saya? Memeriksa agar saya yakin memiliki senjata yang terisi jika Anda mampir lagi."
"FBI sedang meninjau penembakan yang melibatkan agen yang terjadi sekitar pukul 6:15 pagi pada Hari Rabu, 9 Agustus 2023 di Provo, Utah. Insiden itu bermula ketika agen khusus berusaha melakukan penangkapan dan penggeledahan di sebuah tempat tinggal. Subjeknya sudah meninggal," kata juru bicara FBI dalam sebuah pernyataan kepada CNN.
"FBI menganggap serius semua insiden penembakan yang melibatkan agen kami atau anggota gugus tugas. Sesuai dengan kebijakan FBI, insiden penembakan tersebut sedang ditinjau oleh Divisi Inspeksi FBI," lanjut juru bicara itu.
Sementara, Secret Service yang bertanggung jawab atas perlindungan pejabat tinggi pemerintah, termasuk Presiden Biden, mengajukan pertanyaan ke biro tersebut.
"Dinas Rahasia mengetahui penyelidikan FBI yang melibatkan seorang individu di Utah, yang telah menunjukkan ancaman terhadap orang yang dilindungi Secret Service," kata juru bicara Secret Service.
Selain terhadap Presiden Biden, Robertson juga diduga melakukan ancaman di Facebook terhadap Jaksa Agung Merrick Garland – termasuk gambar pistol semi-otomatis dengan tulisan "Alat Pemberantasan Merrick Garland" dan deskripsi mimpi tentang membunuh jaksa agung.
Nama lain yang diduga juga masuk dalam daftar ancamannya yakni Wakil Presiden Kamala Harris, Jaksa Agung Negara Bagian New York Letitia James dan Gubernur California Gavin Newsom.
Tak hanya itu, dalam satu unggahan Truth Social yang disorot oleh jaksa penuntut, Robertson membidik Jaksa Wilayah New York Alvin Bragg, yang telah mengajukan tuntutan pidana terhadap Trump yang berasal dari skema uang tutup mulut sebelum Pemilu 2016.
Jauh sebelumnya, agen FBI sempat menemui Robertson di kediamannya Maret lalu, terkait dengan unggahan di media sosial, tulis penyelidik dalam surat pernyataan.
Ketika itu, ia enggan berbicara dengan agen, mengatakan semua hanya mimpi dan menegaskan para agen agar tidak kembali tanpa surat perintah.
Setelah itu, Robertson diduga berulang kali mengancam agen FBI secara online. Salah satu posting Facebook yang termasuk dalam dokumen pengadilan mengatakan: "KEPADA TEMAN-TEMAN SAYA DI BIRO FEDERAL IDIOT: SAYA TAHU ANDA MEMBACA INI DAN ANDA TIDAK TAHU SEBERAPA DEKAT AGEN ANDA DATANG KE 'BANG.'"
BACA JUGA:
Dikatakan, Presiden Joe Biden telah diberikan pengarahan tentang hal tersebut saat berada di New Mexico.
Diketahui, kasus ini muncul di tengah meningkatnya kritik yang ditujukan kepada para pemimpin nasional dan lokal, jelasng Pemilu 2024.
Sementara, Direktur FBI Christopher Wray pernah menyebut sebagai tingkat ancaman yang "belum pernah terjadi sebelumnya" terhadap agen FBI.