Antisipasi Pengaruh China di Pasifik, AS Bantu Australia Bangun Sistem Roket Kendali Multi Peluncuran
Ilustrasi. Rudal dari sistem roket peluncuran ganda (HIMARS) buatan AS milik Ukraina ditembakkan ke militer Rusia. (Wikimedia Commons-General Staff of Ukrainian Armed Forces)

Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat (AS) menyatakan siap membantu Australia untuk memproduksi sistem roket kendali multi-peluncuran pada tahun 2025. Upaya ini untuk meningkatkan kerja sama dalam menghadapi perkembangan pengaruh China di negara-negara kepulauan Pasifik.

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan kerja sama ini merupakan satu dari "beberapa inisiatif saling menguntungkan" yang dikejar Pentagon dengan industri pertahanan Australia.

"AS juga bergegas untuk mempercepat akses Australia ke amunisi prioritas melalui proses akuisisi yang disederhanakan," kata Austin dalam konferensi pers di Brisbane, Australia, disitat Antara.

Sebelumnya, dialog tahunan bertajuk Konsultasi Tingkat Menteri Australia-AS digelar. Hadir dalam acara itu selain Austin, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Menteri Pertahanan Australia Richard Marles dan Menlu Penny Wong.

Antara AS-Australia telah meningkatkan upaya pertahanan kolaboratif yang mencakup rencana Canberra untuk mendapatkan kapal selam bertenaga nuklir di bawah kemitraan keamanan tiga arah melibatkan Inggris, yaitu AUKUS.

Austin menekankan pentingnya mentransfer kapal selam serang bertenaga nuklir AS ke Australia --sebuah langkah yang memicu kekhawatiran anggota parlemen Republik mengenai produksi kapal selam di Australia.

"Mengenai AUKUS, Saya yakin akan terus ada dukungan bipartisan yang kuat untuk inisiatif ini," kata Austin yang merupakan Kepala Pentagon itu di samping Blinken dan Marles.

"Inisiatif ini...menciptakan kemampuan [transfer] generasi, dan sekali lagi, itu membantu kami mewujudkan visi bersama tentang Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," tambahnya.

Blinken menggarisbawahi upaya AS-Australia untuk mempertahankan ketertiban berdasarkan aturan internasional salah satunya lewat kerja sama ini, 'bila perlu' menentang langkah China jika mengganggu kebebasan navigasi dan penerbangan di laut China Selatan dan Timur.

Blinken pun menegaskan AS-Australia menentang upaya China untuk meningkatkan status quo atas stabilitas di Selat Taiwan.

Seperti diketahui, dorongan diplomatik China untuk merangkul negara-negara di Kepulauan Pasifik telah membuat AS dan sekutunya seperti Australia dan Jepang khawatir.

Hal itu, utamanya terkait penandatangan perjanjian keamanan antara Beijing dengan Kepulauan Solomon pada April 2023. Perjanjian keamanan tersebut dilaporkan memungkinkan Beijing mengerahkan militer dan menyandarkan kapalnya di negara kepulauan di timur laut Australia itu.

Dalam pertemuan terakhir antara AS-Australia ini, Marles menggarisbawahi pernyataan Austin soal "komitmen bipartisan" AS untuk akuisisi kapal selam oleh Australia.

Dia juga mengharapkan "lebih banyak kunjungan" kapal selam bertenaga nuklir AS ke Australia. Katanya, hal itu bisa jadi "langkah pertama dalam perjalanan Australia mengembangkan kemampuan untuk mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir sendiri."