Roket Long March Milik China Bakal Jatuh ke Perairan Australia, Bagaimana Dampaknya?
Foto: CASC

Bagikan:

JAKARTA - Roket Long March milik China dikabarkan akan jatuh ke Bumi pekan ini. Tentunya yang tersisa hanya puing-puing roket tersebut, tetapi apakah itu berbahaya bagi kita?

Mengutip The Verge, Minggu 9 Mei, dilaporkan roket yang diluncurkan pada akhir April lalu dalam misi meluncurkan potongan pertama stasiun luar angkasa baru Beijing, China ini memiliki tinggi 100 kaki dengan berat 22 metrik ton.

Namun menurut para analisis, puing-puing roket Long March 5B China tersebut, sepertinya tidak perlu dikhawatirkan oleh para penduduk Bumi, sebab bangkai roket itu pun diperkirakan akan jatuh ke laut.

"Sebagian besar Bumi tertutup air, jadi hampir tidak ada risiko," ungkap pendiri Koalisi Keamanan Luar Angkasa, Dan Oltrogge.

Oltrogge menambahkan jika jatuhnya di daratan tidak menutup kemungkinan jatuhnya roket tersebut akan membawa dampak bagi Bumi, meski sangat rendah, "Tetapi (dampak jatuhnya roket China) jauh lebih sedikit, jika menuju lautan," ujarnya.

Pihak Komando Luar Angkasa Amerika Serikat (AS) juga menyebutkan potensi manusia mendapat dampak dari jatuhnya roket ini sangat rendah. Karena, kebanyakan tahap inti roket ini tidak memasuki orbit Bumi. Biasanya puing-puing roket tersebut akan jatuh ke laut, tepat setelah peluncuran.

Roket untuk Misi Stasiun Luar Angkasa China

Diketahui, roket Long March 5B milik China itu memiliki desain yang unik, menempatkan seluruh tahap pertama ke orbit rendah Bumi untuk mengirimkan muatan. Roket ini membawa modul Tianhe seberat 22,5 metrik ton.

Nantinya, modul itu akan berfungsi sebagai tempat tinggal untuk stasiun luar angkasa baru China dalam beberapa tahun ke depan. Roket China ini telah mengorbit Bumi secara diagonal pada kemiringan 41,5 derajat (atau kemiringan) dari ekuator.

Artinya, ia telah melewati petak besar Bumi sejauh selatan Chili dan separuh teratas Selandia Baru, atau bisa jatuh di sekitar wilayah utara New York dan Madrid. Akan tetapi, sebagian besar petak orbit itu menutupi perairan internasional, yang menunjukkan peluang masuk kembali ke wilayah berpenduduk kecil.

"Kecil kemungkinan ada manusia yang tertimpa roket ini. Sebut saja risikonya sangat rendah," jelas Oltrogge.

Diprediksi Jatuh di Laut Australia

Dikutip dari News Au, roket Long March 5B milik China yang jatuh ke Bumi diprediksikan semakin mendekat ke Australia. Badan Antariksa Eropa telah mengonfirmasi roket Long March 5B China telah jatuh ke orbit Bumi yang rendah.

Pada Minggu pagi waktu setempat, roket tersebut diprediksi berada di atas Samudra Pasifik, 24 menit lebih awal dari laporan sebelumnya. Organisasi penelitian luar angkasa AS, Aerospace Corporation, telah meramalkan bahwa roket China itu akan masuk kembali ke atmosfer Bumi sekitar pukul 3 pagi pada Minggu waktu Greenwich Mean, yang akan menjadi pukul 1 siang AEST.

Lintasan saat ini menempatkan sampah luar angkasa di lautan Pasifik antara Peru di pantai barat Amerika Selatan dan Hao di Polinesia Perancis, tepat di utara Pulau Paskah dan selatan Meksiko.

Sayangnya, proyeksi tersebut sangat tidak pasti. Ilmuwan Australia, Dr Fabian Zander dari Institut Teknik Lanjutan dan Ilmu Luar Angkasa Universitas Queensland Selatan, menegaskan tidak ada cara untuk memastikan di mana roket itu akan mendarat.

“Jawaban singkatnya adalah kami tidak benar-benar tahu di mana itu akan turun. Perkiraan terbaik kami saat ini menuju ke Samudra Hindia, jadi itu berada di antara Afrika dan Australia. Dan itu mungkin akan terjadi besok sekitar tengah hari AEST," kata Zander.

Kemungkinan besar, sebagian roket akan terbakar sebelum mencapai permukaan Bumi, tetapi tidak semua badan roket akan mengalami hal tersebut.