Pentingnya Protokol Kesehatan Guna Tekan Penularan COVID-19, Dokter: Masyarakat dan Pemerintah Harus Sama-Sama Berperan
Ilustrasi. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (Satgas COVID-19) menunjukkan risiko penularan COVID-19 tanpa berperilaku 3M, bisa mencapai 100 persen.

Dengan mencuci tangan risiko tertular turun 35 persen, ditambah memakai masker kain risikonya turun menjadi 45 persen, apabila memakai masker bedah menurunkan risiko tertular hingga 70 persen, lalu ditambah dengan menjaga jarak 1 meter menurunkan risiko hingga 85 persen.

Efektivitas inilah yang mendasari protokol kesehatan 3M yaitu Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak. Hal itu adalah upaya utama untuk dijalankan seluruh masyarakat.

Setiap saat, pemerintah selalu mengimbau agar menaati 3M karena masyarakat juga memiliki peranan penting dalam upaya menekan angka penularan COVID-19. Hal tersebut dibenarkan dr. Muhammad Fajri Adda’I, dokter relawan COVID-19 dan edukator kesehatan.

"Kita harus terus bersama-sama dengan pemerintah melakukan kewajiban 3T (Testing, Tracing, Treatment), dan masyarakat menjalankan 3M. Kita sama-sama ambil bagian sebagai subjek penanganan pandemi ini," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu 30 Januari.

Fajri mengatakan hal itu dalam Dialog Produktif yang mengambil tema "Prokes Dijalankan, COVID-19 Kita Kalahkan", yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Jumat 29 Januari kemarin.

Dengan menggunakan masker, penularan bisa ditekan jauh. Lalu, perilaku menjaga jarak terutama di ruangan tertutup mengurangi risiko tertular lebih besar lagi.

“Apabila terpaksa di ruangan tertutup, buka semua ventilasi, dan jangan terlalu berkerumun dan menghindari ruangan dengan ventilasi yang buruk. Yang lebih baik, dengan melakukan pertemuan virtual apabila diperlukan," saran Fajri.

Lebih lanjut, dr. Fajri juga menjelaskan, pentingnya mencuci tangan adalah untuk menghindari kuman atau virus yang tidak sengaja tertempel karena droplet (percikan) di ruangan ber-AC bisa bertahan sampai beberapa minggu.

"Ini bisa menginfeksi apabila kita tidak sengaja mengucek mata, sehingga saya menyarankan cuci tangan dengan sabun di air mengalir," lanjutnya.

Elgeen Frydianto, salah satu penyintas COVID-19 menceritakan, dirinya adalah orang yang patuh menerapkan protokol kesehatan. Setiap berkegiatan, ia selalu mencuci tangan, memakai masker, dan selalu mandi saat pulang ke rumah.

"Tapi kita tidak pernah tahu tertular COVID-19 itu di mana. Betul yang dikatakan dr. Fajri, masyarakat tidak boleh mengabaikan protokol kesehatan ini," tegasnya.

Saffri Sitepu, juga mengisahkan pengalamannya selaku penyintas COVID-19. Dirinya merasa tertular waktu itu karena kurang menjaga jarak atau bertemu orang banyak.

Pengalaman saya ketika divonis positif COVID-19, yang paling berat adalah sepuluh hari pertama. Ketika itu saya sesak berat dan batuk berdarah. Setelah pulang dinyatakan negatif pun saya merasa fisik masih berat, gampang lemas, hampir tiga bulan saya rasakan pengalaman tersebut," terangnya.