JAKARTA - Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengumumkan bantuan keamanan tambahan senilai 400 juta dolar AS untuk Ukraina, termasuk rudal pertahanan udara, kendaraan lapis baja hingga pesawat tak berawak kecil, seiring dengan serangan balasan Ukraina terhadap Rusia.
Dalam paket bantuan kali ini, untuk pertama kalinya termasuk drone pengintai Black Hornet produksi AS yang dibuat oleh Teledyne FLIR Defense.
Selain itu, paket bantuan senjata kali ini mencakup amunisi untuk sistem pertahanan udara Patriot dan Sistem Rudal Permukaan-ke-Udara Canggih Nasional (NASMS), sistem anti-pesawat Stinger, lebih banyak amunisi untuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS), pengangkut personel lapis baja Stryker hingga berbagai rudal dan roket lainnya.
Bantuan ini didanai dengan menggunakan Otoritas Penarikan Presiden (PDA), yang memberi wewenang kepada presiden untuk dengan cepat mentransfer barang dan jasa dari persediaan AS tanpa persetujuan kongres selama keadaan darurat. Materi tersebut akan berasal dari kelebihan persediaan Negeri Paman Sam.
Diketahui, ini adalah paket bantuan keamanan ke-43 yang disetujui oleh Amerika Serikat untuk Ukraina. Lebih dari 43 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan militer AS telah diberikan sejak invasi Rusia pada tahun 2022.
Mengomentari pengumuman bantuan tersebut, Menteri Luar Negeri Antony Blinken menyoroti serangan Rusia terhadap pelabuhan-pelabuhan Ukraina dan infrastruktur Ukraina sejak menarik diri dari Prakarsa Biji-bijian Laut Hitam minggu lalu.
"Rusia dapat mengakhiri perang ini kapan saja dengan menarik pasukannya dari Ukraina dan menghentikan serangan brutalnya terhadap kota-kota dan rakyat Ukraina. Sampai hal itu terjadi, Amerika Serikat dan sekutu-sekutu serta mitra-mitra kami akan tetap bersatu dengan Ukraina, selama yang diperlukan," kata Menlu Blinken dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 26 Juli.
Menanggapi bantuan militer terbaru Washington, Rusia melalui utusan diplomatiknya mengeluarkan kecaman.
BACA JUGA:
"Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Washington... berada di luar moralitas dan akal sehat," ujar Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, Anatoly Antonov, dalam sebuah unggahan di aplikasi pesan Telegram kedutaan.
Kesepakatan biji-bijian Laut Hitam yang melibatkan Rusia dan Ukraina, ditengahi oleh PBB serta Turki setahun yang lalu untuk memerangi krisis pangan global yang diperparah oleh invasi Moskow.
Rusia memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan tersebut, lantaran janji-janji untuk Rusia yang menjadi bagian dari kesepakatan tersebut belum diimplementasikan. Kendati, Presiden Vladimir Putin menyebut siap kembali ke kesepakatan jika janji untuk Rusia sudah diimplementasikan.