Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sunarso pagi ini baru saja menyampaikan kinerja keuangan perseroan sepanjang 2020. Dalam konferensi pers yang digelar secara virtual itu nampak Sunarso tidak sesemangat biasanya.

Maklum saja, dampak pandemi kali ini membawa lubang yang cukup dalam untuk kegiatan bisnis lembaga keuangan yang menyandang status sebagai bank terbesar di Indonesia dari sisi aset.

Dalam pemaparannya, dia menjelaskan bahwa sebagian besar aktivitas intermediasi disalurkan pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan porsi 82,13 persen dari total seluruh kredit. Sisanya kemudian disebar ke berbagai sektor.

Ndilalahnya, krisis ekonomi yang terjadi akibat pandemi ini justru paling banyak dirasakan dampaknya oleh debitur perseroan, yaitu para pengusaha kecil.

“Yang kita alami saat ini adalah krisis yang terberat apabila dibandingkan dengan krisis sebelumnya, seperti krisis 1998 maupun krisis keuangan 2008,” ujarnya Jumat, 29 Januari.

Tidak berhenti di situ, guna memberikan gambaran bagaimana kegiatan usaha BRI selama tahun lalu, Sunarso lantas berterus terang soal kondisi yang terjadi.

“Ada selama satu bulan kami tidak membukukan laba sama sekali. Ketika itu kami mengalokasikan seluruh resources yang ada untuk merestrukturisasi (kredit), melakukan penyelamatan-penyelamatan terhadap nasabah utama BRI, yaitu UMKM,” tuturnya.

Untuk diketahui, penyaluran kredit bank dengan kode saham BBRI itu pada 2020 berjumlah Rp938,37 triliun atau tumbuh 3,89 persen year on year (yoy)

Strategi memupuk pencadangan dengan coverage mencapai 237,73 persen sukses menjaga rasio kredit bermasalah tetap dalam kondisi baik dengan catatan 2,99 persen secara konsolidasi.

Penerapan prinsip kehati-hatian membawa dampak tergerusnya laba BBRI. Dalam laporannya, Sunarso menyebut bahwa laba bersih yang berhasil diraih ‘hanya’ Rp18,66 miliar. Angka tersebut amblas dari perolehan sepanjang 2019 yang berjumlah Rp34,41 triliun.

Sementara itu untuk dana pihak ketiga (DPK), BRI tercatat tumbuh sebesar 9,78 persen menjadi Rp.1.121,1 triliun dengan komposisi dana murah (CASA) di level 59,67 persen.

Adapun dari sisi aset, banknya wong cilik ini berhasil membuat rekor dengan perolehan aset diatas level psikologis Rp1.500 triliun, atau tepatnya Rp1.511,8 triliun per Desember 2020.

“Dengan kondisi fundamental yang sehat dan kuat, BRI Group makin optimistis bisa memberikan dan men-deliver value kepada seluruh stakeholders dengan tetap menjadi mitra utama pemerintah dalam upaya membangkitkan perekonomian nasional,” tutup Sunarso.