'Jempol' Tengku Zul Aktif, Soroti Kerugian Rp7 Triliun Waskita Karya: yang Salah Bukan FPI Ya!
Mantan Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain (Foto Instagram Pribadi)

Bagikan:

JAKARTA - Berbagai persoalan bangsa tak luput dari komentar mantan Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain. Dari akun twitternya @ustadtengkuzul, ia aktif menyuarakan kritik, memberi masukan hingga membandingkan satu kasus dengan lainnya.

Tak melulu soal agama yang lekat dengan keseharian Tengku Zul sebagai penceramah. Masalah politik hingga ekonomi 'dilibas' dengan kelincahan jempolnya di layar sentuh handphone.

Teranyar, Tengku Zul mengomentari kerugian Waskita Karya yang menyentuh angka Rp7 triliun. "Banyak dapat tugas dari pak @jokowi Waskita Karya malah rugi 7 trilyun, dgn beban hutang 90 trilyun ditambah bunga 4.7 trilyun. Kini digugat pailit pula oleh vendor," kata Tengku Zul dikutip VOI, Senin, 12 April.

Komentar ia disertalan juga dengan artikel media daring berjudul 'Bos Waskita Curhat Soal Utang Menggunung dan Rugi Rp7 Triliun.' Di komentar terakhir, Tengku Zul lalu menyindir pemerintah yang akhir-akhir ini sibuk dengan masalah radikalisme hingga FPI.

"Siapa yg bertanggung jawab? Pastinya bukan FPI atau siapapun yg dituduh Radikal. Ya kan..?" sindir dia.

Dalam artikel disebutkan, Presiden Direktur emiten BUMN karya, PT Waskita Karya Tbk (WSKT), Destiawan Soewardjono curhat soal kondisi perseroan yang sedang terimpit beban bunga utang yang cukup tinggi. 

Ditambah lagi, pada tahun 2020, perseroan mencatatkan kerugian sebesar Rp 7,28 triliun, kebalikan dari tahun sebelumnya laba Rp 872 miliar.

Kondisi ini kian dipeberat dengan liabilitas sebesar Rp 89,01 triliun dan beban bunga utang sebesar Rp 4,7 triliun. Sebetulnya, upaya perseroan menekan beban bunga sudah dilakukan, di antaranya dengan mendivestasi 5 ruas tol yang dikelola Waskita, namun investor menunda rencana pembelian karena pandemi Covid-19.

"Akibat pandemi ini tahun 2020 harusnya ada 5 ruas yang kami divestasi tapi kami gagal karena para investor menunda," katanya dalam webinar, Kamis, 8 April, dikutip Detik Finance melalui CNBC, Senin, 12 April.