Memahami Maksud Chatib Basri Soal Pola Logo Nike Pemulihan Ekonomi Indonesia
Ekonom senior, Chatib Basri. (Foto: Instagram @chatibbasri)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi 2021 akan kembali ke zona positif yaitu di kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen. Begitu juga dengan ekonomi nasional yang diperkirakan akan keluar dari zona negatif. Artinya, ekonomi Indonesia bisa mulai keluar dari jerat resesi di awal tahun ini.

Lalu, bagaimana pola pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak pandemi COVID-19? Menteri Keuangan 2013-2014, Chatib Basri berujar Indonesia sudah melewati situasi terburuk di kuartal II 2020 ketika pertumbuhan ekonomi minus 5,3 persen. Kemudian, di kuartal III 2020 sudah membaik, meskipun masih minus 3,5 persen. Kemungkinan di kuartal IV 2020 masih akan negatif.

"Tetapi kalau tren ini terus berlanjut saya melihat bahwa ada kemungkinan kita akan mencatatkan pertumbuhan positif di kuartal pertama 2021," katanya, dalam acara seminar daring yang diadakan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (UI), Rabu, 27 Januari.

Chatib menilai pemulihan ekonomi Indonesia akan membentuk lambang sepatu Nike atau swoosh-shaped recovery. Namun, ia mengungkapkan ada syaratnya jika pola tersebut ingin tercapai.

"Harus ada asumsi yang sangat kuat yang harus dipegang agar swoosh-shaped terbentuk. Apa? Pandemi tidak merebak lagi," tuturnya.

Pola huruf W-shaped

Meskipun sudah terlihat ekonomi Indonesia akan bergerak ke zona positif dan pola pemulihan akan seperti logo Nike, Chatib mengingatkan, agar pemerintah jangan terbuai.

Pasalnya, Chatib masih melihat potensi perubahan pola pemulihan ekonomi yang dari swoosh-shaped menjadi W-shaped recovery kalau pandemi COVID-19 merebak lagi.

"Kalau pandemi merebak lagi, pemulihan kita tidak akan berbentuk swoosh-shaped atau logo Nike tetapi berbentuk huruf W. Di mana terburuk terjadi di kuartal II 2020 membaik tetapi kemudian kalau pandeminya merebak, dia akan turun lagi," ucapnya.

Kesehatan jadi faktor penting penentu pola pemulihan ekonomi

Menurut Chatib, kondisi perekonomian akan bergantung dengan penanganan pandemi COVID-19 atau sektor kesehatan di dalam negeri. Selama sektor kesehatan belum pulih, maka ekonomi berpotensi terus berkontraksi.

"Saya katakan bahwa penanganan pandemi itu menjadi kunci. Kesehatan adalah kunci. Tanpa pemulihan kesehatan kita tidak akan bisa pulih," tuturnya.

Chatib menambahkan ada beberapa sektor usaha yang bisa bertahan di masa pandemi COVID-19. Salah satunya kesehatan.

Selain itu, kata dia, sektor usaha lainnya yang mampu bertransformasi ke arah digital. Pasalnya, pandemi membuat masyarakat berbelanja secara digital untuk menghindari penularan COVID-19.

"Sebagian diingat sama 1998 banyak orang jual makanan di warung tenda. Sekarang hal sama, tapi tidak warung tenda, tapi jual lewat Instagram, Facebook," tuturnya.