JAKARTA - Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak serius dalam mencari buronannya, Harun Masiku. Pencarian yang selama ini disebut sudah dilakukan hanya dianggap gimmick semata karena bekas calon legislatif (caleg) itu sudah kabur selama lebih dari 1.200 hari.
Hal ini disampaikan peneliti ICW Kurnia Ramadhana menanggapi pernyataan Plt Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur yang menyatakan sudah mengirim orang untuk mengecek keberadaan Harun.
"Beragam dalih yang diungkapkan Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK baru-baru ini, ICW yakin hanya sekadar gimmick semata," kata Kurnia kepada wartawan dalam keterangan tertulisnya yang dikutip pada Senin, 10 Juli.
Kurnia menyatakan sejak awal komisi antirasuah terkesan tak fokus dalam mencari Harun. Bahkan ada kesan melindungi tersangka kasus suap pergantian antar waktu (PAW) anggota DPR RI tersebut.
"Bukan hanya itu fungsi pengawasan proses penindakan oleh Dewan Pengawas juga tampak tumpul," tegasnya.
Karenanya, ICW makin yakin ke depan Harun tak akan tertangkap apalagi jelang tahun politik. Sebab, KPK di masa kepemimpinan Firli Bahuri dianggap paling takut berhadapan dengan politisi.
"Perkara semacam Harun ini sudah pasti akan sulit diungkap. KPK bukan tidak mampu menemukan keberadaan Harun melainkan memang tidak mau," ujar Kurnia.
Sebagai informasi, KPK masih mengejar tiga buronannya. Mereka adalah Kirana Kotama yang dicari sejak 2017 karena dugaan suap pengajuan revisi alih fungsi hutan di Provinsi Riau pada 2014 kepada Kementerian Kehutanan.
Kedua, Paulus Tannos yang tersandung kasus dugaan korupsi pengadaan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP). Dia saat ini berada di Singapura.
Selanjutnya, eks caleg Harun Masiku juga masih buron. Tersangka pemberi suap ke eks Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan itu masih belum diketahui keberadaannya.