Empat Warga Ukraina Tewas Akibat Serangan Rudal Kalibr Terbesar Rusia di Lviv, Presiden Zelensky: Pasti Ada Balasan
Presiden Zelensky saat menemui pasukan Ukraina di garis depan. (Sumber: President.gov.ua)

Bagikan:

JAKARTA - Sedikitnya empat orang tewas akibat rudal Rusia di Kota Lviv pada Hari Kamis, serangan terbesar terhadap infrastruktur sipil di kota Ukraina Barat itu sejak invasi tahun lalu.

Pihak angkatan udara Ukraina mengatakan Rusia telah menyerang Lviv dengan rudal Kalibr yang diluncurkan dari Laut Hitam. Tujuh dari 10 rudal yang diluncurkan berhasil ditembak jatuh.

Presiden Volodymyr Zelensky mengunggah sebuah video berdurasi satu menit, menunjukkan bangunan-bangunan dengan bagian atap dan lantai atas yang hancur, jendela-jendela yang pecah dan para petugas penyelamat yang sedang mencari para korban yang masih hidup di antara reruntuhan.

"Sayangnya, ada yang terluka dan tewas. Belasungkawa saya untuk keluarga korban," kata Presiden Zelensky di aplikasi Telegram, melansir Reuters 6 Juli.

"Pasti akan ada balasan terhadap musuh. Itu akan menjadi balasan yang nyata," tegasnya.

Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri menyebutkan jumlah korban tewas mencapai empat orang, dan mengatakan 32 orang terluka, termasuk seorang anak.

Sedangkan layanan darurat mengatakan, mereka telah berhasil menyelamatkan tujuh orang dari reruntuhan dan mengevakuasi 64 orang lainnya.

Terpisah, Wali Kota Andriy Sadovyi menyebut serangan tersebut sebagai yang terbesar selama perang yang telah berlangsung lebih dari 16 bulan terhadap infrastruktur sipil di Lviv.

Sadovyi mengatakan, beberapa rumah tinggal, pusat perkantoran, kampus mahasiswa dan sebuah sekolah rusak. Dia mengatakan, jendela-jendela di ratusan apartemen hancur dan kerusakan akan menimbulkan kerugian besar.

Sebagai gambaran, Kota Lviv jauh dari garis depan pertempuran dan berjarak sekitar 70 km (43 mil) dari perbatasan dengan negara anggota NATO, Polandia.

Lviv merupakan rumah bagi sekitar 700.000 orang sebelum invasi besar-besaran Rusia pada Februari 2022. Jumlah penduduk membengkak sejak perang dimulai, karena banyak orang mengungsi ke kota ini akibat pertempuran dan serangan udara di bagian lain negara itu.