JAKARTA - Sedikitnya sembilang warga sipil tewas dan aliran listrik lumpuh, saat gelombang rudal Rusia menghantam Ukraina pada Hari Kamis, termasuk enam rudal jelajah hipersonik kinzhal menurut Kyiv, salah satu senjata andalan Moskow.
Ini merupakan gelombang serangan pertama terhadap sasaran di garis belakang, jauh dari medan pertempuran, sejak pertengahan Februari lalu.
Serangan kali ini juga sempat memaksa pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa Zaporizhzhia tidak dapat beroperasi.
"Para penjajah hanya bisa meneror warga sipil. Hanya itu yang bisa mereka lakukan. Tapi itu tidak akan membantu mereka. Mereka tidak akan menghindari tanggung jawab atas semua yang telah mereka lakukan," kecam Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menggambarkan serangan yang menghantam infrastruktur dan bangunan tempat tinggal di sepuluh wilayah, melansir Reuters 10 Maret.
Penduduk desa di Zolochiv di wilayah Lviv barat Ukraina membawa mayat dalam kantong plastik hitam di atas puing-puing rumah bata yang hancur total oleh rudal. Mereka menempatkan tubuh ke belakang van putih dengan yang lain. Seekor anjing berbaring meringkuk di atas karpet di reruntuhan.
Oksana Ostapenko mengatakan rumah itu milik saudara perempuannya Halyna, yang jenazahnya masih terkubur di bawah reruntuhan bersama dua anggota keluarga lainnya.
"Mereka masih belum menemukannya. Kami berharap mereka masih hidup. Tapi mereka tidak hidup," katanya.
Warga sipil lainnya dilaporkan tewas oleh rudal di wilayah Dnipro tengah. Tiga warga sipil secara terpisah dilaporkan tewas oleh artileri di Kherson.
Moskow mengatakan serangan semacam itu dimaksudkan untuk mengurangi kemampuan Ukraina untuk berperang. Sedangkan Kyiv mengatakan serangan udara tidak memiliki tujuan militer dan bertujuan untuk menyakiti dan mengintimidasi warga sipil, sebuah kejahatan perang.
Di ibu kota Kyiv, peringatan tujuh jam sepanjang malam adalah yang terlama dari kampanye udara lima bulan Rusia.
"Saya mendengar ledakan yang sangat keras, sangat keras. Kami segera melompat dari tempat tidur dan melihat satu mobil terbakar. Kemudian mobil lain ikut terbakar. Kaca balkon dan jendela pecah," kata Liudmyla (58), sambil memegang seorang balita dalam pelukannya di jalan Kyiv dekat mobil yang rusak.
"Anak itu ketakutan dan melompat dari tempat tidur. Bagaimana mereka bisa melakukan ini? Bagaimana mungkin? Mereka bukan manusia," tanyanya.
Terpisah, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan telah melakukan "serangan balasan besar-besaran" sebagai balasan atas serangan lintas-perbatasan pekan lalu. Serangan itu diklaim telah mencapai semua target yang dituju, menghancurkan pangkalan drone, mengganggu jalur kereta api dan merusak fasilitas yang membuat dan memperbaiki senjata.
Moskow menegaskan telah menggunakan rudal hipersonik dalam serangan Hari Kamis. Pejabat Ukraina mengatakan ini adalah pertama kalinya mereka menghadapi begitu banyak senjata, yang tidak dapat ditembak jatuh oleh Ukraina.
Sementara itu, Gedung Putih mengatakan bahwa rentetan itu "menghancurkan" untuk dilihat, menegaskan Washington akan terus memberi Ukraina kemampuan pertahanan udara.
BACA JUGA:
Rusia diyakini hanya memiliki beberapa lusin Kinzhal, yang terbang berkali-kali lebih cepat dari kecepatan suara dan dibangun untuk membawa hulu ledak nuklir dengan jangkauan lebih dari 2.000 km (1.200 mil). Dalam pidatonya, Presiden Vladimir Putin secara teratur memuji Kinzhal sebagai senjata yang tidak dapat dicegat oleh aliansi NATO yang mendukung Kyiv.
Ukraina mengatakan serangan itu telah mematikan listrik di berbagai tempat, termasuk ke pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, yang terbesar di Eropa, memutuskannya dari jaringan dan memaksanya menggunakan tenaga diesel darurat untuk mencegah kehancuran. Namun, belakangan berhasil dihubungkan kembali ke jaringan energi Ukraina, kata operator Ukrenergo.
Diketahui, para pejabat mengatakan serangan kali ini menghantam Kyiv, pelabuhan Laut Hitam Odesa hingga Kharkiv. Sasaran membentang dari Zhytomyr, Vynnytsia dan Rivne di barat ke Dnipro serta Poltava di Ukraina tengah.