Bagikan:

JAKARTA – Sejauh ini COVID-19 masih menjadi ancaman global. Berbagai penanganan dan perawatan penyembuhan dari virus tersebut pun masih menjadi perdebatan, salah satunya adalah efektifitas vitamin D.

Dilansir VOI dari laman resmi Harvard Medical School, terdapat beberapa bukti yang menunjukkan jika vitamin D dapat membantu melindungi seseorang agar tidak terinfeksi, hingga membantu meringankan gejala serius Covid-19.

Berdasarkan studi kasus, terdapat orang dengan kadar vitamin D rendah dan lebih rentan terhadap infeksi saluran pernapasan bagian atas. Kemudian berdasarkan analisis, ditemukan orang yang memiliki kadar vitamin D rendah, cenderung berpotensi menderita infeksi saluran pernapasan akut.

Perlu diketahui, vitamin D melindungi COVID-19 dengan dua cara. Pertama, membantu meningkatkan pertahanan alami imun tubuh kita terhadap virus dan bakteri. 

Kedua, vitamin D dapat membantu mencegah respons peradangan yang berlebihan, yang terbukti berkontribusi pada penyakit parah terutama pasien COVID-19.

vitamin d
Ilustrasi vitamin D. (Michele Blackwell/Unsplash)

Vitamin D dibuat sendiri oleh tubuh ketika terpapar sinar matahari. Caranya adalah dengan berjemur 5-10 menit hingga lengan, kaki, atau punggung merasa hangat.

Namun perlu diperhatikan, dalam berjemur diharuskan Anda tidak mengoleskan tabir surya, sehingga tubuh mendapatkan cukup vitamin.

Kemudian, terdapat beberapa sumber makanan yang baik mengandung vitamin D, di antaranya lemak (seperti tuna, mackerel, dan salmon), produk susu, sereal, keju, dan kuning telur.

Harvard Medical School selanjutnya merekomendasikan dosis diet vitamin D adalah 600 IU setiap hari untuk orang dewasa. Dosis tersebut untuk orang dengan usia 70 tahun ke bawah. Kemudian bagi usia 70 tahun ke atas adalah 800 IU setiap harinya.

Suplemen harian di pasaran yang mengandung 1.000 hingga 2.000 IU vitamin D aman dikonsumsi orang, asalkan tidak lebih dari 4.000 IU per hari.