SOE - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur sedang mendalami serta mencari tahu asal anjing yang terinfeksi sehingga menyebarkan virus rabies di desa Fenun, Kecamatan Amanuban Selatan.
“Iya benar itu juga yang menjadi pertanyaan kami, dari mana asal anjing yang terpapar rabies itu, virusnya dari mana kok bisa masuk sampai ke desa di bagian pedalaman,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten TTS drh Dianar AS Ati dari Kota So’e Kabupaten TTS, Antara, Selasa, 30 Mei.
Hal ini disampaikannya berkaitan dengan kasus pertama rabies di pulau Timor, khususnya di Kabupaten TTS yang menimbulkan 10 orang digigit dan satu orang dinyatakan meninggal dunia akibat terpapar rabies.
Menurut Dianar harusnya ada anjing atau kucing satupun kera yang berasal dari daerah terpapar yang masuk ke wilayah kabupaten TTS, kemudian menggigit salah satu anjing di desa Fenun sehingga terinfeksi.
“Pasalnya di pulau Timor ini selama ini tidak pernah ada kasus rabies, sehingga ini merupakan kasus pertama di pulau Timor,” tambah dia.
Sejauh in daerah yang menjadi daerah terisolar akibat rabies di Nusa Tenggara Timur ada di pulau Flores dan pulau Lembata, sehingga hal ini ujar dia menjadi pertanyaan dia dan pemerintah daerah setempat.
BACA JUGA:
Dia juga mempertanyakan apakah ada kemungkinan hewan yang terpapar rabies dari Lembata dan Flores masuk ke desa Fenun.
Saat ini tambah dia, pemerintah sedang menyiapkan surat untuk penutupan desa tersebut, namun pihak kecamatan sudah mendahului. Dia pun mengimbau warga yang mempunyai anjing untuk segera dikandangkan.
Hal ini untuk mencegah terjadinya penyebaran virus rabies tidak hanya di desa tersebut, tetapi juga di seluruh wilayah kecamatan Amanuban Selatan.