Pemadaman Listrik Memperparah Dampak Panas Ekstrem di India saat Musim Hujan Diprediksi Mundur
Ilustrasi kekeringan di Ladakh, India. (Wikimedia Commons/Christopher Michel)

Bagikan:

JAKARTA - Sebagian besar wilayah India dari barat laut hingga tenggara bersiap-siap untuk menghadapi panas yang lebih menyengat pada awal pekan ini, dengan New Delhi berada di bawah peringatan cuaca ekstrem, sementara suhu ekstrem melanda beberapa bagian negara ini.

Departemen Meteorologi India yang mengeluarkan peringatan gelombang panas untuk tujuh negara bagian selatan dan tengah pekan lalu, memperluasnya ke ibukota dan beberapa negara bagian utara pada Hari Senin, karena suhu telah menembus tingkat normal.

Departemen, memperingatkan bahwa panas yang menyengat akan terus berlanjut selama beberapa hari ke depan sebelum reda seiring datangnya hujan. Namun, angin muson barat daya sedikit tertunda tahun ini, diprediksi akan mulai berhembus pada minggu pertama Bulan Juni, membuat suhu tetap tinggi untuk beberapa waktu.

Ketika suhu ekstrem 45 derajat Celcius (113 derajat Fahrenheit) melanda negara bagian Uttar Pradesh di utara, beberapa daerah mengalami pemadaman listrik yang berlangsung selama lebih dari 12 jam, meskipun pada Bulan Maret ada perintah agar seluruh pembangkit listrik di negara ini beroperasi dengan kapasitas penuh untuk mengurangi pemadaman listrik.

Gelombang panas di negara bagian ini kemungkinan akan terus berlanjut selama dua hari lagi, kata seorang pejabat departemen Hari Senin, dilansir dari AP 24 Mei.

Ratusan warga yang frustrasi melakukan protes di luar pembangkit listrik di dekat ibukota negara bagian Lucknow, memblokir jalan-jalan selama akhir pekan.

peta gelombang panas india tahun 2022
Peta gelombang panas di India tahun 2022. (Wikimedia Commons/JRC, IMD, GHSL)

"Pemadaman listrik berarti tidak ada AC, tidak ada kipas angin, dan bahkan tidak ada air. Panas yang menyengat telah membuat hidup kami tak tertahankan dan kurangnya listrik menambah penderitaan kami," ujar Ramesh Gupta, seorang warga Lucknow.

Ia mengatakan, istrinya terpaksa tidur di dalam mobil selama akhir pekan dengan pendingin ruangan yang tinggi agar bayi mereka yang berusia 9 bulan berhenti menangis.

Selain itu, panas yang menyengat memaksa banyak penduduk kota ini untuk mencari perlindungan di dalam ruangan.

"Kami telah menjadi tawanan dari musim panas yang tak henti-hentinya karena tidak ada yang mau keluar rumah," ujar seorang guru bernama Sudhir Sehgal.

Sedangkan seorang tukan kebun bernama Sukhai Ram mengatakan, ia terpaksa meletakkan peralatannya karena panas yang tak tertahankan.

"Saya tidak bisa bekerja lagi sekarang. Saya akan bekerja setelah matahari terbenam," katanya, bermandikan keringat.

Tak hanya siang, suhu malam hari juga meningkat, memicu peningkatan permintaan listrik untuk menjalankan pendingin ruangan dan kipas angin.

Suhu di sebagian besar India selalu tinggi di bulan-bulan utama musim panas, April, Mei dan Juni, sebelum musim hujan membawa suhu yang lebih dingin. Tetapi, suhu telah menjadi lebih panas dalam satu dekade terakhir. Selama gelombang panas, negara ini biasanya juga mengalami kekurangan air yang parah, dengan puluhan juta dari 1,4 miliar penduduknya tidak memiliki air bersih.

Sebuah studi yang dilakukan oleh World Weather Attribution, sebuah kelompok akademis yang meneliti sumber panas ekstrem, menemukan gelombang panas pada Bulan April yang melanda beberapa bagian Asia Selatan, mungkin terjadi akibat perubahan iklim.

Suhu panas tersebut menyebabkan 13 orang meninggal dunia pada sebuah acara pemerintah bulan lalu di ibu kota keuangan India, Mumbai, hingga mendorong beberapa negara bagian untuk menutup semua sekolah selama seminggu.