Bagikan:

SUMSEL - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memprakirakan jumlah titik panas atau hotspot di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) meningkat pada Mei 2023.

Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel Ansyori mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun BPBD Sumsel hingga 13 Mei 2023, jumlah hotspot pada Januari tercatat ada 54 titik, Februari 43 titik, Maret 91 titik, April 227 titik, dan Mei 51 titik.

”Untuk wilayah Sumsel untuk jumlah hotspot merata di semua wilayah, cuma ada beberapa yang lebih banyak ada yang sebagian lebih sedikit, akan tetapi di kondisi hotspot saat ini sudah mulai menunjukkan peningkatan dibanding bulan-bulan sebelumnya, khususnya pada bulan April mulai ada peningkatan dan pada bulan Mei juga akan mulai meningkat,” katanya di Palembang, Senin,

Pihaknya telah melakukan pemantauan hotspot di seluruh wilayah Sumsel, terutama pada daerah yang rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

”Kami terus melakukan patroli dan sosialisasi serta pengecekan titik hotspot dengan pihak TNI dan Bhabinsa di wilayah kerjanya masing masing,” kata Ansori.

Oleh Sebab itu, BPBD Sumsel mengimbau masyarakat supaya lebih berhati hati untuk penggunaan api entah itu untuk pembakaran sampah, ataupun membersihkan lahan, dan diharapkan tidak membakar baik membersihkan maupun membuka lahan karena dengan kondisi cuaca ekstrim ini dikhawatirkan api bisa cepat menyebar kemana mana.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Sumsel mulai mengaktifkan pengoperasian Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sebagai upaya menanggulangi karhutla.

Pengaktifan TMC itu dilakukan setelah Gubernur Sumsel Herman Deru menerbitkan surat izinnya, pada Rabu 26 April yang kemudian diteruskan ke setiap kepala daerah di 17 kabupaten dan kota setempat.

TMC merupakan kegiatan modifikasi atau merekayasa cuaca untuk meningkatkan potensi turunnya hujan di antaranya dengan cara menyemai garam dalam jumlah besar ke awan potensial.

Potensi ini perlu dimitigasi karena akan berdampak terhadap ketersediaan air untuk pertanian, PLTA, wisata, dan dampak ekonomi pada tahun 2015.

Selain itu, data yang didapatkan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat itu karhutla mengakibatkan kekeringan tanaman padi seluas 597 ribu hektare termasuk di Sumsel.