SUMSEL - Potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) meningkat dalam satu bulan terakhir. Sebaran titik panasnya hampir merata di setiap 17 kabupaten/kota.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori, mengatakan tim monitoring penanggulangan bencana mencatat per 26 April 2023 terpantau telah timbul sebanyak 200 titik panas.
Jumlah sebaran titik panas itu meningkat diketahui sebelumnya pada periode yang sama di Maret 2023 terpantau hanya sebanyak 91 titik panas.
"200 titik panas tersebut hampir mereta tersebar di 17 kabupaten kota, atau dengan rata-rata paling sedikit ditemukan 11 titik panas," kata dia di Palembang, Sumsel, Kamis 27 April, disitat Antara.
Adapun pihaknya mencatat jumlah titik panas terbanyak terpantau berada di wilayah Kabupaten Musi Rawas (48 titik panas) dan Musi Rawas Utara (33 titik panas) yang mayoritas merupakan lahan mineral tak produktif.
Menurutnya, meningkatnya jumlah sebaran titik panas tersebut dikhawatirkan semakin meluas seiring cuaca panas yang berlangsung beberapa pekan ini.
Untuk itu, pemerintah provinsi saat ini mulai mengaktifkan pengoperasian Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sebagai upaya menanggulangi karhutla.
BACA JUGA:
Pengaktifan TMC itu dilakukan setelah Gubernur Sumsel Herman Deru menerbitkan surat izinnya, pada Rabu 26 April yang kemudian diteruskan ke setiap kepala daerah di 17 kabupaten dan kota setempat.
TMC merupakan kegiatan modifikasi atau merekayasa cuaca untuk meningkatkan potensi turunnya hujan di antaranya dengan cara menyemai garam dalam jumlah besar ke awan potensial.
Potensi ini perlu dimitigasi karena akan berdampak terhadap ketersediaan air untuk pertanian, PLTA, wisata, dan dampak ekonomi pada tahun 2015.
Selain itu, menurutnya, data yang didapatkan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan saat itu karhutla mengakibatkan kekeringan tanaman padi seluas 597 ribu hektare termasuk di Sumsel.