Airlangga Diam saat Positif COVID-19, Epidemiolog: Bagaimana Mau Beri Contoh ke Masyarakat?
Menko Perekonomian Airlangga Hatarto (Foto: Humas)

Bagikan:

JAKARTA - Airlangga Hatarto menjadi buah bibir setelah tidak terbuka terkait kesehatannya. Dimana Menteri Koordinatior Bidang Perekonomian ini diduga pernah positif COVID-19, tapi tidak terbuka.

Tak jelas kapan Airlangga terpapar virus ini. Namun tiba-tiba Ketua Umum Partai Golkar ini mendonorkan plasma konvalesen pada Senin, 18 Januari lalu. Padahal, donor plasma ini hanya bisa dilakukan oleh para penyintas COVID-19.

Melihat kondisi ini, epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman menyayangkan sikap Airlangga yang tak terbuka. 

Sebagai pejabat publik, dan Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Airlangga harusnya menyampaikan kondisi kesehatan sejak awal karena hal ini sekaligus memberikan contoh kepada masyarakat.

"Kalau tidak terbuka, bagaimana mau memberikan imbauan? Bagaimana mau memberikan contoh pada masyarakat kalau penyakit ini bukanlah penyakit yang harus diberi cap negatif, stigma. Jadi inilah peran penting tokoh pejabat publik," kata Dicky saat dihubungi VOI, Rabu, 20 Januari.

Selain untuk memberikan contoh, publikasi kondisi kesehatan memang harus dilakukan oleh tiap pejabat publik. Sebab, mereka kerap menemui atau ditemui banyak orang dalam berbagai aktivitas.

"Dibandingkan penduduk biasa, pejabat publik lebih banyak menemui atau ditemui orang. Misalnya (ditemui, red) pejabat lain, anak buah, masyarakat saat dia kunjungan sana sini, itulah yang kemudian menyebabkan banyak kontak langsung," tegasnya.

"Kalau tidak terbuka ini artinya tracingnya tidak akan optimal atau berhasil. Karena tracing itu harusnya terbuka," imbuh Dicky.

Tertutupnya Airlangga saat terpapar COVID-19 juga dinilai tak sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang beberapa waktu lalu terbuka saat melakukan kontak erat dengan salah satu pejabat yang datang ke Istana Negara. 

"Waktu itu Pak Jokowi kan sempat bertemu dengan pejabat yang positif, kemudian dia periksa lalu hasilnya juga diumumkan negatif. Tapi dampaknya apa, publik tahu dan ini kemudian menjadi contoh," ungkapnya.

Selain itu, Dicky menilai, sudah banyak juga pejabat publik yang menyampaikan kondisi kesehatan mereka kepada masyarakat seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Wali Kota Bogor Bima Arya, hingga Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

"Jadi ini sangat disayangkan. Kan yang terpapar lainnya juga terbuka. Mereka banyak yang terbuka. Begitu juga Pak Presiden telah mencontohkan hal yang baik dan ini harusnya yang kemudian dicontoh oleh para menterinya," kata dia.

Diberitakan sebelumnya, Airlangga mendonorkan plasma konvalesen untuk membantu percepatan tingkat kesembuhan pasien COVID-19. Padahal sejak awal, tak pernah ada kabar yang menyebutkan dirinya pernah terpapar virus ini.

"Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sempat terdeteksi positif COVID-19 di tahun 2020 lalu. Saat itu, sudah diterapkan 3T (testing, tracing dan treatment) secara optimal," kata Juru Bicara Kemenko Perekonomian, Alia Karenina dalam keterangannya, Selasa, 19 Januari.

Donor plasma konvalesen dilakukan Airlangga, sebagai bentuk rasa syukur karena sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19. Airlangga berharap bisa membantu proses penanganan COVID-19. "Sebagai bentuk rasa syukur karena sudah diberikan berkah kesehatan, sembuh dari COVID-19, maka beliau mendonorkan plasma konvalesen untuk membantu percepatan tingkat kesembuhan pasien COVID-19 lain," ungkapnya.

Tak hanya itu, Airlangga juga berharap agar donor seperti yang dilakukan bisa ditiru oleh para penyintas COVID-19. Sehingga ke depan, persentase kesembuhan dari COVID-19 semakin besar.

"Beliau juga berharap semakin banyak penyintas corona yang mendonorkan plasma di masa yang akan datang," pungkas Alia.