Bagikan:

JAKARTA - Ilmuwan dunia meluncurkan misi pencarian 100.000 spesies bawah laut baru pada Hari Kamis, melibatkan penyelam, kapal selam hingga robot laut dalam.

Para ahli di balik inisiatif ini mengatakan, hingga saat ini baru sekitar 10 persen kehidupan bawah laut yang diketahui. Proyek ini dipimpin oleh para peneliti di Inggris dan Jepang.

Nantinya, spesies baru yang ditemukan akan dikirim ke laboratorium di seluruh dunia, guna dilakukan pencitraan dan pengurutan DNA.

Upaya ini dilakukan seiring dengan perubahan iklim dan polusi yang menimbulkan kekhawatiran akan kehidupan laut.

Mitsuyuki Unno, kepala Nippon Foundation, kelompok filantropi Jepang mengatakan, ia berharap proyek ini akan "menjadi katalisator bagi upaya global untuk melestarikan lautan kita".

"Kehidupan laut memungkinkan semua kehidupan di Bumi dan menyimpan kebijaksanaan empat miliar tahun evolusi kita di Bumi," kata Yohei Sasakawa, ketua yayasan tersebut, melansir The National News 27 April.

"Kita tidak bisa melindungi apa yang tidak kita ketahui keberadaannya," tandasnya.

Para peneliti berharap, dengan membagikan temuan mereka ke seluruh dunia, akan membantu mempercepat proses mendeskripsikan spesies baru secara ilmiah.

Dengan teknologi baru, hal ini dapat dilakukan dalam beberapa bulan saja, bukannya memakan waktu beberapa tahun, kata Alex Rogers, direktur sains proyek tersebut.

kehidupan bawah laut
Ilustrasi kehidupan bawah laut. (Wikimedia Commons/Fascinating Universe)

"Revolusi dalam teknologi seperti pencitraan digital, pengurutan dan pembelajaran mesin sekarang, memungkinkan untuk menemukan kehidupan laut dengan cepat dan dalam skala besar," paparnya.

Tujuan proyek ini adalah untuk menemukan setidaknya 100.000 spesies baru dalam dekade pertamanya. Spesies baru akan diberi nama ilmiah Latin, dan nama sehari-hari dalam beberapa kasus.

Para ilmuwan Sensus Laut percaya, mungkin ada sebanyak 2,2 juta spesies yang bersembunyi di dalam air, dengan hanya sekitar 240.000 yang telah ditemukan sejauh ini.

Sensus ini akan melibatkan puluhan ekspedisi ke titik-titik keanekaragaman hayati laut, dengan menggunakan kapal penelitian milik swasta dan pemerintah, kata penyelenggara.

Mereka melihat misi ini sebagai pengembangan dari ekspedisi bersejarah seperti pelayaran HMS Challenger, yang melakukan penemuan laut dalam antara tahun 1872 dan 1876.

"Kita berpacu dengan waktu untuk menemukan kehidupan laut, sebelum kehidupan laut hilang untuk generasi mendatang," ujar Sasawaka.

"Sensus Laut akan menciptakan kekayaan besar pengetahuan yang dapat diakses secara terbuka yang akan bermanfaat dan menopang semua kehidupan di Bumi, bagi umat manusia dan planet kita," lanjutnya.

Diketahui, kehidupan laut terancam punah oleh berbagai faktor seperti pemanasan suhu laut, penurunan kualitas air, penangkapan ikan yang berlebihan dan polusi, menurut para ahli PBB.

Pakta keanekaragaman hayati global yang ditandatangani tahun lalu, menyerukan agar 30 persen daratan dan lautan di dunia ditempatkan di bawah perlindungan pada tahun 2030.

Negara-negara sepakat, keanekaragaman hayati "sangat penting bagi kesejahteraan manusia dan planet yang sehat".

Diketahui, saat ini hanya sekitar 8 persen wilayah laut dunia yang berstatus dilindungi.