JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan sebanyak 390 warga negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari konflik bersenjata di Sudan dijadwalkan akan terbang dipulangkan ke Tanah Air melalui Jeddah, Arab Saudi, pada hari Kamis ini.
"Menurut informasi rencananya adalah hari ini akan dipulangkan 390 WNI dari Jeddah ke Indonesia, sekali lagi teman-teman saya perlu tekankan menurut rencana," kata Retno dikutip ANTARA, Kamis 27 April.
Menlu menekankan bahwa seluruh informasi yang disampaikan bersifat rencana mengingat situasi di lapangan selalu dinamis dan sangat cair dan dapat terjadi perubahan.
"Kalau kemudian terjadi perubahan adalah karena situasi yang kemudian menjadikan rencana semula berubah," ujarnya.
Menlu melanjutkan bahwa 390 WNI dievakuasi dari Sudan tersebut dijadwalkan tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, pada Jumat (28/4) pagi esok.
Retno juga menyatakan dirinya berencana untuk menyambut langsung kedatangan 390 WNI dievakuasi dari Sudan.
"Tiba di Jakarta besok pagi, sekira 6.30 dengan pesawat Garuda 991. Insyaallah saya akan ada di airport," ujarnya.
Menlu menjelaskan bahwa 390 WNI tersebut merupakan bagian dari tahap pertama evakuasi sejumlah 557 WNI dari ibu kota Sudan, Khartoum, ke Port Sudan.
Sebanyak 12 WNI lainnya yang sebelumnya terdata tetap bertahan di Khartoum dan menurut Menlu sebagian besar adalah staf Kedutaan Besar RI yang bertugas mempersiapkan evakuasi tahap kedua.
Selanjutnya evakuasi tahap kedua telah membawa 328 WNI tiba ke Port Sudan, yang 110 di antaranya sudah diangkut ke Jeddah menggunakan pesawat TNI Angkatan Udara.
Menlu mengajak segenap masyarakat Indonesia untuk turut mendoakan agar seluruh WNI di Sudan yang dievakuasi dapat kembali ke Tanah Air dengan selamat.
Sementara bagi WNI yang menolak dievakuasi, Menlu menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia tidak akan melakukan tindakan pemaksaan dalam bentuk apapun.
"Kalau memang karena alasan keluarga mereka memilih tinggal dengan keluarga barunya di sana, itu adalah hak dari mereka yang harus kita hormati," ujar Retno.
BACA JUGA:
Konflik bersenjata pecah di Sudan sejak 15 April antara militer Sudan (SAF) dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF). Ketegangan mulai muncul saat ada upaya melebur RSF menjadi bagian dari militer Sudan.
Pertempuran terjadi sebagian besar di ibu kota Sudan, Khartoum, dan meluas ke wilayah sekitar. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan akibat konflik bersenjata itu lebih dari 400 orang meninggal dunia, dan lebih dari 4.000 warga luka-luka.