Pertimbangkan Faktor Keselamatan Warga Sipil Saat Bebaskan Pilot Susi Air, Panglima TNI Tak Gunakan Cara Militer
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono usai menghadiri rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (3/4/2023). (ANTARA/Melalusa Susthira K.)

Bagikan:

JAKARTA -  Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengatakan, pihaknya tidak melancarkan serangan secara frontal untuk membebaskan Philip Mark Mehrtens dari penyanderaan KKB. Keselamatan masyarakat sipil menjadi pertimbangan utama tak diambilnya langkah ini.

"Kami enggak mau menyerang frontal, nanti korbannya masyarakat. Kasihan masyarakat kalau TNI maupun Polri menyerbu dengan cara-cara militer," tutur Yudo usai menghadiri rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Antara, Senin, 3 April.

Yudo menyebutkan, pihaknya tetap megedepankan tindakan persuasif bebaskan sandera yang ditahan KKB pimpinan Egianus Kogoya.

"Tetap kami dahulukan dengan persuasif, dengan melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat," kata Yudo 

Upaya persuasif itu termasuk melakukan pendekatan dengan mengandalkan Penjabat (Pj) Bupati Nduga Namia Gwijangge dalam upaya membebaskan pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru itu.

Dia juga enggan membenarkan rumor yang menyebut bahwa kondisi pilot Susi Air tersebut menurun. Dia mengaku belum mengetahui kondisi perkembangan terkini dari Philip Mark Mehrtens yang disandera sejak 7 Februari 2023.

"Dari mana infonya (kondisi pilot Kapten Philip Mark Mehrtens menurun)? Saya enggak tahu kondisinya. Belum ada (kabar)," ujarnya.

Philip Mark Mehrtens disandera KKB setelah mendaratkan pesawatnya di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Selain menyandera Philip, KKB juga membakar pesawat jenis Pilatus Porter milik Maskapai Susi Air.