Bagikan:

JAKARTA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan aktivitas Gunung Merapi saat ini cenderung menurun.

Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan, aktivitas Gunung Merapi awalnya memang sempat tinggi pasca-kejadian awan panas pada 11 Maret 2023, namun setelah itu kondisi cenderung stagnan sampai saat ini.

"Tapi bukan berarti aktivitasnya berhenti, memang menurun, tapi aktivitas Gunung Merapi masih tetap dalam Level III," ujarnya dalam dalam konferensi pers informasi kebencanaan gunung api dan gerakan tanah yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Hendra mengimbau masyarakat agar selalu memperhatikan rekomendasi untuk memasuki kawasan bahaya gunung api yang berada pada sektor selatan hingga barat daya, meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.

Kemudian pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.

Sepanjang 24-30 Maret 2023, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat Gunung Merapi hanya mengeluarkan dua kali awan panas guguran ke arah barat daya hulu Sungai Boyong dengan jarak luncur sejauh satu kilometer.

Sedangkan guguran lava teramati sebanyak 176 kali ke arah barat daya hulu Sungai Bebeng dan Sungai Boyong dengan jarak luncur maksimal dua kilometer.

Sementara itu suara guguran terdengar satu kali dari Pos Babadan dengan intensitas kecil.

Berdasarkan analisis morfologi kubah lava, BPPTKG mencatat bahwa kubah barat daya mengalami perubahan morfologi yang terjadi akibat adanya guguran dan awan panas guguran. Namun kubah tengah tidak ada perubahan yang signifikan.

Pada 13 Maret 2023 foto udara yang dilakukan oleh BPPTKG memperlihatkan volume kubah barat daya terukur sebesar 1,68 juta meter kubik dan kubah tengah sebesar 2,31 juta meter kubik.