Sekutu Presiden Putin Sebut Rusia Ingin Zona Penyangga Demiliterisasi di Ukraina
Dmitry Medvedev bersama Vladimir Putin. (Wikimedia Commons/Dmitry Medvedev)

Bagikan:

JAKARTA - Rusia ingin menciptakan zona-zona penyangga demiliterisasi di sekitar wilayah-wilayah Ukraina yang telah dicaploknya, sekutu Presiden Vladimir Putin mengatakan pada Hari Jumat, mengatakan pihaknya mungkin perlu masuk lebih jauh ke Ukraina, jika zona seperti itu tidak dapat dibentuk.

Lebih dari setahun setelah invasi Rusia ke Ukraina, tujuan utama perang Presiden Putin masih belum tercapai, meskipun Rusia telah menguasai hampir seperlima wilayah negara tersebut.

Kedua belah pihak tidak menunjukkan tanda-tanda untuk meletakkan senjata. Ratusan ribu tentara Rusia dan Ukraina telah terbunuh atau terluka parah, menurut perkiraan militer Barat.

Mantan Presiden Dmitry Medvedev, yang juga sekutu Presiden Putin mengatakan, Rusia membutuhkan koridor demiliterisasi di sekitar wilayah yang diklaimnya, sementara Ukraina mengatakan tidak akan pernah menerima kontrol Rusia.

"Kita perlu mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan untuk melindungi wilayah kita, yaitu wilayah Federasi Rusia," kata Medvedev, yang merupakan wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, dalam sebuah wawancara dengan media Rusia yang diunggah di Telegram, melansir Reuters 25 Maret.

Kita perlu "mengusir semua orang asing yang ada di sana dalam arti yang luas, menciptakan zona penyangga yang tidak akan mengizinkan penggunaan semua jenis senjata yang bekerja pada jarak menengah dan pendek, yaitu 70-100 kilometer, untuk mendemiliterisasi wilayah itu," kata Medvedev.

Rusia harus mendorong lebih jauh ke dalam Ukraina jika zona seperti itu tidak ditetapkan, katanya, dan mengambil alih ibukota Kyiv atau bahkan kota Lviv di Ukraina Barat.

Sementara, Ukraina sejak lama menegaskan mereka tidak akan pernah menerima pendudukan Rusia atas tanahnya.

Rusia saat ini menguasai sekitar 17-18 persen wilayah Ukraina, termasuk sebagian besar wilayah di timur dan sepanjang garis pantai Azov dan Laut Hitam serta Krimea yang dianeksasi Rusia pada tahun 2014.

Perang artileri antara dua pasukan yang memiliki persenjataan lengkap dan pasokan yang baik, telah merugikan Rusia dan Ukraina, yang didukung oleh Amerika Serikat dan negara-negara besar di Eropa.

Rusia bersikeras bahwa mereka akan mencapai semua tujuan perangnya dan telah memperingatkan Barat untuk tidak menguji tekadnya.

Sebaliknya, Barat mengatakan apa yang disebut oleh Direktur CIA William Burns sebagai "keangkuhan" Putin akan ditembus oleh kekalahan di medan perang di Ukraina.

"Tidak ada yang bisa dikesampingkan di sini. Jika Anda harus pergi ke Kyiv, maka Anda harus pergi ke Kyiv, jika Anda harus pergi ke Lviv, maka Anda harus pergi ke Lviv untuk menghancurkan infeksi ini," pungkas Medvedev.

Terkait