Arkeolog Ungkap Penemuan Patung Mirip Sphinx dan Kuil di Mesir, Diduga dari Era Romawi
Penemuan sphinx baru di Mesir. (Sumber: Facebook/Ministry of Tourism and Antiquities)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah patung mirip sphinx baru, tapi diduga dari era Romawi, dengan raut tersenyum dan sisa-sisa kuil ditemukan selama misi penggalian di Qena, sebuah kota Mesir selatan di tepi timur Sungai Nil.

Kuil itu diukir di batu kapur dan terdiri dari platform dua tingkat, Mamdouh Eldamaty, mantan menteri barang antik dan profesor Egyptology di Universitas Ain Shams, mengatakan dalam sebuah pernyataan Kementerian Pariwisata dan Barang Antik Mesir, melansir CNN 7 Maret.

Sebuah tangga dan cekungan bata lumpur untuk penyimpanan air ditemukan di dalamnya.

Cekungan, yang diyakini berasal dari era Bizantium, menampung patung sphinx yang tersenyum, diukir dari batu kapur.

Eldamaty menggambarkan patung itu sebagai "fitur wajah kerajaan". Patung tersebut memiliki "senyum lembut" dengan dua lesung pipit, serta mengenakan nemes di kepalanya - hiasan kepala kain bergaris yang secara tradisional dikenakan oleh firaun Mesir kuno - dengan ujung berbentuk ular kobra atau "uraeus".

Sebuah prasasti Romawi dengan tulisan hieroglif dan demotik dari zaman Romawi ditemukan di bawah sphinx.

Profesor itu mengatakan, patung itu mungkin mewakili Kaisar Romawi Claudius, kaisar Romawi keempat yang memerintah dari tahun 41 hingga 54, tetapi mencatat diperlukan lebih banyak penelitian untuk memverifikasi pemilik dan sejarah struktur tersebut.

Penemuan itu dilakukan di sisi timur Kuil Dendera di Qena, tempat penggalian masih berlangsung.

Diketahui, sphinx adalah makhluk berulang dalam mitologi budaya Mesir, Persia, dan Yunani kuno. Kemiripan mereka sering ditemukan di dekat makam atau bangunan keagamaan.

Tidak jarang patung sphinx baru ditemukan di Mesir. Tetapi, sphinx paling terkenal di negara itu, Sphinx Agung Giza, berasal dari sekitar 2.500 SM dan mewakili Firaun Khafre Mesir kuno.

Eldamaty, yang juga presiden universitas, mengatakan dalam rilis terpisah di website universitas, ini adalah misi Mesir pertama ke situs di Dendera. Pekerjaan di sana akan berlanjut selama beberapa musim yang akan datang, kata Eldamaty, karena penggalian di situs tersebut menjanjikan untuk "menambah banyak sejarah peradaban Mesir di zaman Yunani dan Romawi."