Arab Saudi Siap Jadi Penengah Konflik Rusia-Ukraina, Pangeran Faisal: Kami Berdialog dengan Semua Mitra
Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bersama Menlu Rusia Sergei Lavrov. (Twitter/@mfa_russia)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan pada Hari Kamis, Riyadh siap menjadi penengah dalam konflik Rusia-Ukraina.

Dia mengatakan, kerajaan mendukung upaya internasional untuk menemukan solusi politik guna membantu memadamkan krisis tersebut.

"Saya menegaskan kepada Yang Mulia Menteri Luar Negeri Rusia kesiapan kerajaan untuk mengerahkan semua upaya untuk menengahi para pihak," kata Pangeran Faisal setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, dilansir dari The National News 10 Maret.

Kunjungan Pangeran Faisal ke Moskow terjadi dua minggu setelah perjalanan ke Kyiv, di mana dia bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, kemudian mengadakan konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.

Lavrov mengatakan, Arab Saudi dan negara-negara lain telah memainkan peran penting dalam mengatur pertukaran tahanan dengan Ukraina.

Pada bulan September, Rusia membebaskan 10 tawanan perang yang ditangkap di Ukraina setelah upaya mediasi diplomatik oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.

"Kami sedang berdialog dengan semua mitra, termasuk Washington, mengenai masalah internasional dan Arab Saudi memfasilitasi pertukaran tawanan perang dengan Ukraina," jelas Pangeran Faisal.

Diketahui, Arab Saudi mempertahankan hubungan yang kuat dengan Kyiv dan Moskow. Pada Bulan Oktober, kerajaan menjanjikan 400 juta dolar AS bantuan kemanusiaan ke Ukraina, yang menurut Pemerintah Arab Saudi adalah untuk "meringankan penderitaan warga Ukraina".

Selama diskusi dengan Lavrov, Pangeran Faisal mengatakan Arab Saudi berkoordinasi erat dengan Rusia di pasar energi dan berkomitmen pada kesepakatan OPEC+ antara anggota OPEC dan sekutu.

Mengenai konflik yang berlanjut di Yaman, Menteri Luar Negeri Saudi mengatakan Riyadh berkomitmen untuk mencari gencatan senjata permanen, memulai proses politik menuju pembicaraan damai.