JAKARTA - RPTRA Rasela menjadi lokasi pengungsian warga terdampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara dengan jumlah paling banyak. Pengelola RPTRA Rasela, Andi Tendru menyebut warga di tempat pengungsian ini kekurangan stok obat-obatan.
Andi berujar, warga saat ini sangat membutuhkan bantuan obat-obatan. Sementara, sejumlah donasi yang didistribusikan sejak kemarin tidak menyalurkan obat-obatan.
"Kekurangan logistik itu obat-obatan. Kita belum menerima dari kemarin. Kita menerimanya hanya seperti minyak kayu putih doang. Obat sakit kepala, seperti itu, kita belum menerima," kata Andi kepada wartawan, Minggu, 5 Maret.
Andi memperkirakan, minimnya donasi obat untuk warga disebabkan oleh asumsi bahwa mereka yang sakit bisa langsung berobat ke puskesmas.
"Mungkin berpikirknya karena kita dekat puskesmas, jadi kalau sakit langsung ke puskesmas," ungkap dia.
Sejauh ini, belum ada keluhan berarti yang dilaporkan para pengungsi. Mayoritas dari mereka masih bertahan di tempat pengungsian lantaran masih mengkhawatirkan kondisi rumahnya yang belum aman.
"Keluhannya sih enggak ada. Cuma, paling mereka menanyakan ke kami, pengelola, sudah bisa pulang atau belum, sudah aman atau belum. Begitu saja, sih," tutur Andi.
Sebagai informasi, kebakaran di Depo Pertamina Plumpang melanda pada Jumat, 3 Maret pukul 20.11 WIB. Kebakaran pipa bensin Pertamina ini merembet ke rumah tinggal di Kelurahan Rawabadak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Api baru selesai dipadamkan pada Sabtu, 4 Maret pukul 02.19 WIB. Akibat peristiwa ini, sebanyak 16 warga meninggal dunia. Lalu, 37 orang masih mendapat perawatan di sejumlah rumah sakit.
Per Minggu, 5 Maret pukul 06.00 WIB, masih ada 226 orang mengungsi di Kantor PMI Jakarta Utara dan RPTRA Rasela. Sebagian pengungsi lainnya sudah kembali ke rumah masing-masing.
BACA JUGA:
Sampai saat ini, belum diketahui penyebab pasti kebocoran pipa yang mengakibatkan ledakan. Nominal kerugian juga masih dihitung.