Bagikan:

JAKARTA - Warga mengutarakan satu keheranannya terhadap kejadian kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, yakni tidak adanya peringatan semacam alarm yang dikeluarkan Pertamina saat pipa penerimaan BBM mulai bocor, sesaat sebelum kebakaran terjadi.

Ferry mengaku menyaksikan sendiri detik-detik kebakaran Depo Pertamina Plumpang Jumat, 3 Maret malam lalu. Hujan lebat disertai petir yang sempat turun ke tanah Plumpang mulai reda. Ia hendak berangkat kerja. Sekitar pukul 19.30 WIB, Ferry melihat asap tipis mengepul di udara sekitaran Plumpang.

"Tiba-tiba muncul asap tipis. Tapi, tak lama asap cepat berubah menjadi tebal di udara. Di situ, mulai tercium semacam bau gas, bau BBM," kata Ferry kepada VOI, Sabtu, 4 Maret.

Warga masih kebingungan. Mereka belum tahu apa yang terjadi. Sampai akhirnya beredar informasi bahwa bau BBM yang tercium merupakan gas yang bocor dari Depo Pertamina Plumpang. Seketika, warga panik.

"Ketika asap mulai tebal, warga mulai panik karena ternyata gas pipa Pertamina bocor. Ada jeda sekitar 10 menit ketika asap keluar lalu terjadi ledakan pertama," ujar Ferry.

Ferry bilang, saat itu seluruh warga di sekitar Depo Plumpang panik. Mereka langsung berupaya menyelamatkan diri dan keluarganya masing-masing. Kekacauan situasi di sana diselimuti rasa trauma, mengingat kejadian kebakaran di lokasi yang sama pada tahun 2009 silam.

Dari kondisi ini, Ferry mengaku heran, mengapa pihak Pertamina tak mengeluarkan sirine sebagai peringatan evakuasi dini kepada warga di permukiman yang hanya berbatas tembok dari deponya.

"Harusnya ketika asap muncul, Pertamina itu punya alarm khusus. Jadi, warga juga enggak bingung. Warga yang belum tahu ada asap kebocoran pun bisa mempersiapkan diri untuk evakuasi mandiri, sehingga mencegah adanya korban," urainya.

Sebagai informasi, terjadi kebakaran di Depo Pertamina Plumpang pada Jumat, 3 Maret pukul 20.11 WIB. Kebakaran pipa bensin Pertamina ini merembet ke rumah tinggal di Kelurahan Rawabadak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.

Api baru selesai dipadamkan pada Sabtu, 4 Maret pukul 02.19 WIB. Akibat peristiwa ini, sebanyak 16 warga meninggal dunia. Lalu, 38 orang masih mendapat perawatan di sejumlah rumah sakit.

Per Sabtu, 4 Maret pukul 21.00 WIB, masih ada 357 orang mengungsi di Kantor PMI Jakarta Utara dan RPTRA Rasella. Sebagian pengungsi lainnya sudah kembali ke rumah masing-masing.

Sampai saat ini, belum diketahui penyebab pasti kebocoran pipa yang mengakibatkan ledakan. Nominal kerugian juga masih dihitung.