Bagikan:

JAKARTA -  Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko menekankan pentingnya bagi organisasi keagamaan untuk menggunakan pendekatan yang inklusif, membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang terbuka bagi semua pihak.

Pesan untuk menghargai perbedaan ini disampaikan oleh Moeldoko saat menemui sejumlah perwakilan angkatan sarjana, ikatan putri serta ikatan guru dan dosen dari organisasi Al Jam'iyatul Washliyah, di Gedung Bina Graha Jakarta, Selasa 28 Februari.

Minoritas dan Mayoritas

“Saya sangat berharap organisasi Al Washliyah bisa menjadi bagian penting dari pembangunan bangsa ini,” kata Moeldoko.

“Saya juga berpesan agar nilai inklusivitas terus dijunjung tinggi. Tidak ada lagi istilah minoritas dan mayoritas karena negara ini dibangun bersama-sama, melalui kebersamaan dalam sebuah kebhinekaan. Maka, tidak boleh ada ekslusivitas yang membedakan satu organisasi keagamaan satu dengan yang lainnya,” imbuhnya.

Moeldoko dan utusan Al Jamiatul Washliyah. (IST)
Moeldoko dan utusan Al Jamiatul Washliyah. (IST)

Sementara itu, organisasi Al Jam’iyatul Washliyah, atau yang lebih dikenal dengan Al Washliyah, merupakan organisasi Islam yang didirikan di kota Medan, Sumatra Utara, sejak tahun 1930. Al Washliyah menjadi salah satu organisasi yang turut berjuang melepaskan bangsa Indonesia dari jeratan penjajah.

Tidak hanya fokus pada pengamalan ajaran Islam, Al Washliyah saat ini juga memiliki berbagai gagasan program di berbagai bidang kepemudaan di ranah politik, intelektual dan pembangunan ekonomi.

Kepala Staf Kepresidenan pun menaruh harapan pada organisasi keagamaan yang banyak diisi oleh cendekiawan muda ini.

“Organisasinya memang sudah tua tapi pemikirannya harus tetap muda. Pikiran progresif menjadi penting di tengah situasi global dengan perubahan yang luar biasa, kecepatan tinggi, kompleksitas tinggi dan selalu punya faktor kejutan. Cara menghadapi situasi tidak menentu ini adalah tetap berpikir progresif, agar tidak tertinggal,” tutup Moeldoko.