Bagikan:

JAKARTA - Pihak berwenang Turki telah menangkap 180 orang di tengah penyelidikan berkelanjutan, terkait runtuhnya bangunan selama gempa 6 Februari yang menewaskan lebih dari 50.000 orang.

Mayoritas dari mereka yang ditangkap adalah kontraktor dan pengelola gedung, menurut Menteri Kehakiman Bekir Bozdag, yang berbicara setelah pertemuan dengan Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu di Kota Diyarbakir, melansir The National News 26 Februari.

Ankara membuka penyelidikan setelah lebih dari 160.000 bangunan runtuh di selatan negara itu, menyebabkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal dalam suhu yang sangat dingin.

Gempa tersebut menewaskan lebih dari 44.000 orang di Turki dan hampir 6.000 di negara tetangga Suriah, di mana para penyintas masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Tim penyelamat masih terus mengeluarkan korban dari puing-puing, dengan jumlah korban tewas terus meningkat.

Hampir 80 kontraktor bangunan termasuk di antara mereka yang ditahan, kata menteri, serta 13 orang yang melakukan perubahan pada bangunan.

Tidak ada puing yang dipindahkan tanpa mencari bukti, tukas Bozdag.

gempa turki
Reruntuhan bangunan akbat gempa bumi di Turki. (Wikimedia Commons/State Emergency Service of Ukraine)

Dia mengatakan lebih dari 600 orang telah diselidiki atas runtuhnya bangunan setelah gempa, yang diikuti oleh lebih dari 9.000 gempa susulan.

Seorang wali kota di Provinsi Gaziantep ditangkap sehubungan dengan penyelidikan tersebut, lapor media pemerintah.

Diketahui, pemerintah akan memperkenalkan undang-undang untuk memberlakukan "hukuman berat" pada orang-orang yang mencari keuntungan dari gempa bumi, termasuk menyewakan kepada keluarga yang kehilangan tempat tinggal, tambah Bozdag.

Berbicara tak lama setelah gempa bumi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji untuk sepenuhnya membangun kembali daerah yang dilanda gempa dalam waktu satu tahun, sebuah tugas besar dengan beberapa kota hampir seluruhnya menjadi puing-puing.

Pada Hari Sabtu, kepala Program Pangan Dunia David Beasley mengatakan, situasi di kota Antakya "apokaliptik".

"Seluruh lingkungan telah diratakan, rumah hancur, sekolah dan toko tutup, hidup tercabik-cabik. Skala kehancuran di sini benar-benar tidak dapat dipahami," terang David Beasley.

Pemerintah akan memulai pembangunan 200.000 rumah dalam dua sampai tiga bulan ke depan untuk korban gempa, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, Urbanisasi dan Perubahan Iklim.

Nantinya, tidak ada bangunan yang tingginya lebih dari empat lantai dan jaraknya dari garis patahan akan dihitung, menurut rencana pembangunan kembali yang diumumkan oleh kementerian.

Pihak berwenang juga akan berupaya mengurangi kepadatan di area yang sebelumnya dibangun.

Diketahui, hampir dua juta orang yang kehilangan tempat tinggal akibat bencana tersebut ditempatkan di tenda-tenda, rumah kontainer, fasilitas lainnya di wilayah tersebut dan di bagian lain Turki, kata otoritas manajemen bencana nasional.