Belasan Ribu Orang Tewas dan Ribuan Bangunan Hancur Akibat Gempa di Turki, Ahli Soroti Kualitas Konstruksi
Dampak gempa di Suriah. (Twitter/@SyrianACD)

Bagikan:

JAKARTA - Sejumlah ahli menyoroti kualitas konstruksi, saat gempa bumi berkekuatan 7,8 SR yang mengguncang Turki pada Hari Senin, menyebabkan belasan ribu orang tewas dan ribuan bangunan hancur.

Pihak berwenang menyebut, korban tewas di Turki dan Suriah tercatat sudah mencapai 15.383 jiwa. Korban di Turki melonjak lebih dari 3.000 jiwa dalam hitungan jam dan sekarang menjadi 12.391 jiwa, menurut Badan Manajemen Bencana dan Darurat Turki Hari Kamis, seperti melansir CNN 9 Februari.

Sementara, jumlah total kematian di Suriah setidaknya 2.992 jiwa, termasuk 1.730 jiwa di daerah yang dikuasai pemberontak di barat laut, menurut kelompok pertahanan sipil "White Helmets", serta tambahan 1.262 jiwa kematian di bagian yang dikuasai pemerintah Suriah.

Selain itu, badan bencana Turki menyebut lebih dari 5.700 bangunan di Turki runtuh akibat gema. Dengan begitu banyak kerusakan, baik di Turki maupun di negara tetangga Suriah, banyak yang mulai bertanya tentang kualitas pembangunan infrastruktur dalam tragedi tersebut.

"Hal yang paling sering terjadi adalah jenis keruntuhan, yang kami sebut keruntuhan panekuk, merupakan jenis keruntuhan yang kami para insinyur tidak suka melihatnya," kata Mustafa Erdik, seorang profesor teknik gempa di Universitas Bogazici di Istanbul.

gempa turki
Dampak gempa bumi Turki di Hatay. (Wikimedia Commons/VOA/Hilmi Hacaloğlu)

"Dalam keruntuhan seperti itu, sulit, seperti yang Anda lihat, dan sangat tragis untuk menyelamatkan nyawa. Itu membuat operasi tim pencarian dan penyelamatan menjadi sangat sulit," jelasnya.

Erdik mengatakan kepada CNN, gambar reruntuhan yang luas setelah gempa menunjukkan "bahwa ada kualitas desain dan konstruksi yang sangat bervariasi." Ia mengatakan, jenis kegagalan struktur pascagempa biasanya berupa keruntuhan sebagian.

"Keruntuhan total adalah sesuatu yang selalu Anda coba hindari baik dalam rancangan maupun desain sebenarnya," tambahnya.

Sementara itu, insinyur struktur USGS Kishor Jaiswal mengatakan kepada CNN pada Hari Selasa, Turki telah mengalami gempa bumi yang signifikan di masa lalu, termasuk gempa pada tahun 1999 yang menewaskan ribuan orang.

Jaiswal mengatakan, banyak wilayah Turki telah ditetapkan sebagai zona bahaya seismik yang sangat tinggi dan, dengan demikian, peraturan bangunan di wilayah tersebut menetapkan proyek konstruksi harus tahan terhadap jenis gempa seperti yang terjadi saat ini, dan dalam banyak kasus menghindari bencana keruntuhan, jika dilakukan dengan benar.

Tetapi, tidak semua bangunan dibangun sesuai dengan standar seismik Turki modern, kata Jaiswal. Kekurangan dalam desain dan konstruksi, terutama pada bangunan yang lebih tua, berarti banyak bangunan yang tidak dapat menahan kerasnya guncangan.

"Jika Anda tidak mendesain struktur ini untuk intensitas seismik yang mungkin mereka hadapi saat mendesainnya, struktur ini mungkin tidak bekerja dengan baik," terang Jaiswal.

Erdik juga mengatakan dia yakin banyak bangunan yang runtuh kemungkinan besar "dibangun sebelum tahun 1999". Dia menambahkan, akan ada juga contoh di mana beberapa bangunan tidak sesuai dengan ketentuan.

"Ketentuan di Turki sangat modern, sangat mirip dengan ketentuan AS. Namun sekali lagi, kesesuaian ketentuan adalah masalah yang kami coba atasi dengan prosedur hukum dan administratif. Kami memiliki izin dari pemerintah kota dan kontrol untuk desain, kontrol untuk konstruksi. Tapi sekali lagi, ada hal-hal yang kurang," pungkasnya.