Bagikan:

JAKARTA - Tim penyelamat terus berusaha untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan, saat jumlah korban tewas akibat gempa dahsyat di Turki dan Suriah mendekati 5.000 jiwa pada Hari Selasa, dengan keputusasaan yang meningkat dan skala bencana yang menghambat upaya bantuan.

Di kota Turki Antakya dekat perbatasan Suriah, di mana bangunan 10 lantai telah runtuh ke jalanan, pekerjaan penyelamatan sedang dilakukan pada satu dari puluhan gundukan puing. Suhu mendekati titik beku saat hujan turun dan tidak ada listrik atau bahan bakar.

Gempa berkekuatan 7,8 skala Richter melanda Turki dan negara tetangga Suriah pada Senin pagi, merobohkan ribuan bangunan termasuk banyak blok apartemen, menghancurkan rumah sakit, dan menyebabkan ribuan orang terluka atau kehilangan tempat tinggal.

Di Turki, jumlah korban tewas naik menjadi 3.381 orang, kata Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD).

Cuaca musim dingin yang membekukan menghambat upaya pencarian sepanjang malam. Suara seorang wanita terdengar meminta bantuan di bawah tumpukan puing di Provinsi Hatay, Turki selatan. Di dekatnya, tubuh seorang anak kecil terbaring tak bernyawa.

"Mereka membuat keributan tapi tidak ada yang datang," katanya, melansir Reuters 7 Februari.

Di Kahramanmaras, utara Antakya, keluarga berkumpul di sekitar api unggun dan membungkus diri dengan selimut agar tetap hangat.

"Kami hampir tidak bisa keluar rumah," kata Neset Guler, berkerumun dengan keempat anaknya.

"Situasi kami adalah bencana. Kami lapar, kami haus. Menyedihkan," ujarnya

Ankara mendeklarasikan "Alarm Tingkat 4" yang menyerukan bantuan internasional, tetapi bukan keadaan darurat yang akan menyebabkan mobilisasi massal militer.

Pejabat AFAD Orhan Tatar mengatakan, jumlah korban luka-luka mencapai 20.426 orang dengan sekitar 5.775 bangunan telah hancur akibat gempa, yang diikuti oleh 285 gempa susulan.

Sementara, badan bencana Turki mengatakan 13.740 personel pencarian dan penyelamatan dikerahkan. Sedangkan lebih dari 41.000 tenda, 100.000 tempat tidur, dan 300.000 selimut telah dikirim ke wilayah tersebut.

Gempa Hari Senin adalah yang paling mematikan di Turki, sejak gempa berkekuatan serupa pada tahun 1999 yang menewaskan lebih dari 17.000 orang.

Di Suriah, efek gempa diperparah dengan kehancuran perang saudara selama lebih dari 11 tahun, korban tewas dikatakan mencapai lebih dari 1.500, menurut Pemerintah Suriah dan layanan penyelamatan di barat laut yang dikuasai pemberontak.

Di barat laut yang dikuasai pemberontak, jumlah korban tewas mencapai lebih dari 740 orang, menurut pertahanan sipil Suriah, sebuah layanan penyelamatan yang dikenal untuk menggali orang-orang dari puing-puing serangan udara pemerintah.

Pertahanan sipil mengatakan, ratusan keluarga terjebak di bawah reruntuhan dan waktu hampir habis untuk menyelamatkan mereka.

"Setiap detik berarti menyelamatkan nyawa dan kami menyerukan kepada semua organisasi kemanusiaan untuk memberikan bantuan material dan segera menanggapi bencana ini," kata Raed al-Saleh, kepala pertahanan sipil.

Sedangkan korban tewas di wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah naik menjadi 812, lapor kantor berita negara Suriah SANA.

Terpisah, seorang pejabat tinggi kemanusiaan PBB di Suriah mengatakan kelangkaan bahan bakar dan cuaca buruk menciptakan hambatan untuk tanggapannya.

"Infrastruktur rusak, jalan yang biasa kami gunakan untuk pekerjaan kemanusiaan rusak, kami harus kreatif dalam menjangkau orang-orang ... tetapi kami bekerja keras," kata koordinator penduduk PBB El-Mostafa Benlamlih kepada Reuters dalam sebuah wawancara melalui tautan video dari Damaskus.