Evakuasi WNI, KBRI Ankara Berangkatkan 11 Kendaraan Termasuk Satu Kontainer Pengangkut Bantuan Kemanusiaan
Jubir Kemlu Teuku Faizasah (tengah) saat memberikan keterangan terkait gempa bumi d Turki (Sumber: Kemlu RI/Abi)

Bagikan:

JAKARTA - Duta Besar Indonesia untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal memimpin tim KBRI Ankara menuju ke wilayah-wilayah di Turki yang terdampak gempa bumi, termasuk membawa bantuan kemanusiaan.

"Saya bersama tim KBRI dan 11 kendaraan bergerak ke Gaziantep," ujar Duta Besar lalu yang tengah dalam perjalanan, saat keterangan pers virtual yang diadakan Kementerian Luar Negeri, Selasa 7 Februari.

Dubes Lalu menjelaskan, tim KBRI Ankara berangkat pada 7 Februari dini hari menuju Gaziantep (6 jam dari Ankara) untuk menyerahkan Bantuan Kemanusiaan Tahap I dari Pemerintah RI berupa 1 kontainer bahan makanan. Bantuan kemanusiaan tersebut akan diserahkan kepada Bulan Sabit Turki (Kizilay).

"Dari Gaziantep, tim akan dibagi 4 kelompok untuk melakukan evakuasi WNI di Gaziantep, Kahramanmaras (2 jam dari Gaziantep), Hatay (4 jam dari Gaziantep) dan Diyarbakir (4 jam dari Gaziantep). Para WNI akan dievakuasi ke Ankara untuk ditampung sementara dan dirawat di rumah sakit di Ankara bagi yang membutuhkan perawatan," paparnya dalam keterangan terpisah.

Dijelaskan olehnya, KBRI sudah menerima permintaan evakuasi dari 104 WNI yang terdiri dari 40 orang di Gaziantep, 40 Kahramanmaras, 14 Diyarbakir, 9 Hatay dan 1 di Adana.

"Pada umumnya tempat tinggal atau asrama hancur, sementara penampungan yang disediakan otoritas setempat sudah penuh. Suhu berkisar antara 4 derajat hingga -7 derajat Celcius di lokasi gempa disertai badai salju," jelasnya.

Ditambahkan olehnya, hingga saat ini seorang ibu dan dua anaknya di Antakya serta dua pekerja di Diyarbakir belum bisa dihubungi. KBRI Ankara terus mengupayakan melalui otoritas setempat, simpul-simpul masyarakat Indonesia dan Satgas Perlindungan WNI setempat.

Diketahui, truk kontainer pengangkut bantuan kemanusiaan membawa sekitar 300 selimut, makanan mie instan cup sekitar 2.000, beserta kompor portable dan gas.

"Kita tidak memastikan sampai kapan tim di lapangan. Mungkin yang akan memakan waktu di Diyarbakir. Tadi diinformasikan ada tiga jalur yang tidak bisa dipakai, jadi harus pakai jalur alternatif," tandasnya.