Iri dengan Kampung Akuarium, Warga Calon Penghuni Kampung Susun Bayam Tuntut Biaya Sewa Rp150 Ribu per Bulan
Warga Kampung Bayam, eks gusuran JIS, demo di depan DPRD DKI, Senin 20 Februari. (Diah-VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Warga Kampung Bayam, eks gusuran Jakarta International Stadium (JIS), menuntut agar tarif sewa hunian Kampung Susun Bayam per bulan bisa lebih murah dari yang ditawarkan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku pengelola.

Penyebab warga belum bisa menghuni Kampung Susun Bayam lantaran belum ada kesepakatan soal tarif sewa dengan PT Jakpro. Awalnya, Jakpro menawarkan tarif mencapai Rp1,5 juta per bulan pada 23 November. Angka ini jelas ditentang oleh warga.

Jakpro kembali menawarkan harga sewa Kampung Susun Bayam menjadi Rp750 ribu per bulan pada tanggal 25 November. Jakpro mengklaim hal ini telah sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 55 Tahun 2018 tentang Penyesuaian Tarif Retribusi Pelayanan Perumahan.

Hanya saja, pengaturan biaya sewa hunian dalam Pergub 55/2018 memang berbeda-beda tiap jenisnya, yakni rumah susun terprogram yang lebih murah dan umum yang lebih mahal. Warga masih merasa tak sanggup membayar nominal tersebut.

"Mereka (Jakpro) pakai adalah tarif sesuai dengan Pergub Nomor 55 dan itu kami dijatuhkan di umum. Sedangkan kami termasuk warga yang terdampak (program penggusuran). Kami keberatan. Kita itu termasuk warga yang terprogram," kata perwakilan warga Kampung Bayam, Sherly, yang menggelar demonstrasi saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Senin, 20 Februari.

Sherly pun membandingkan nasib mereka dengan warga Kampung Susun Akuarium sekitar Rp34 ribu hingga Rp40 ribu per bulan. Penghuni Kampung Susun Akuarium merupakan warga terdampak penggusuran Kampung Akuarium yang kemudian kembali mendapat hunian setelah ditata pada era Anies Baswedan semasa menjabat Gubernur DKI.

"Contoh, (Kampung) Akuarium itu kan korban penggusuran. Mereka soal biaya (hunia) itu juga ditanggung oleh koperasi. (Kampung Susun) Akurium tidak gratis, bayar tiap bulan Rp34 ribu (per bulan) selama beberapa tahun. Setelah itu, menjadi milik koperasi. Nah, kita mau seperti itu," ujar Sherly.

Namun, Sherly mengaku pembayaran Kampung Susun Bayam tidak perlu sama persis dengan nominal Kampung Susun Akuarium. Yang jelas, besaran tarif sewanya masih memenuhi kemampuan warga Kampung Bayam.

"Warga inginnya membayar yang sesuai kemampuan. Kalau kisaran mungkin Rp150 ribu per bulan, itu seharusnya paling besar. Karena penghasilan, maaf, yang namanya pemulung dan pekerja kasar pabrik-pabrik cuma Rp1,5 juta," tutur dia.

Pembangunan Kampung Susun Bayam sudah tuntas 100 persen sejak akhir September lalu. Pertengahan Oktober, Kampung Susun Bayam juga sudah diresmikan oleh Anies Baswedan. Sejak diresmikan pada pertengahan Oktober hingga sekarang, masalah utama yang menyebabkan warga calon penghuni belum bisa menempati Kampung Susun Bayam adalah tarif sewa bulanan.